PERJANJIAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PERIODE I TAHUN ANGGARAN 2021
PERJANJIAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PERIODE I TAHUN ANGGARAN 2021
NOMOR : 505-Int-KLPPM/UNTAR/IV/2021
Pada hari ini Kamis tanggal 1 bulan April tahun 2021 yang bertanda tangan dibawah ini:
1. Nama : Ir. Jap Tji Beng, MMSI, Ph.D
Jabatan : Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Alamat : Xx. Xxxxxx X. Xxxxxx Xx. 0 Xxxxxxx Xxxxx 00000
selanjutnya disebut Pihak Pertama
2. Nama : Xxxxxxxxx Xxxxxxxx, SE.,X.Xx.,Ak.,CA Jabatan : Dosen Tetap
Fakultas : Ekonomi
Alamat : Xx. Xxxxxxx Xxxxx Xxxxx, Xx. 0 Xxxxxxx Xxxxx 00000
Bertindak untuk diri sendiri dan atas nama anggota pelaksana Pengabdian Kepada Masyarakat:
a. Nama : Xxx. Xxxx Xxxxxxxx.,MA Jabatan : Dosen Tetap
selanjutnya disebut Pihak Kedua
Pihak Pertama dan Pihak Kedua sepakat mengadakan Perjanjian Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat sebagai berikut:
Pasal 1
(1). Pihak Pertama menugaskan Pihak Kedua untuk melaksanakan pengabdian kepada masyarakat atas nama Universitas Tarumanagara dengan judul "Strategi Pengembangan UMKM Kerajinan Perak Di Bandung dengan Matriks SWOT"
(2). Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan berdasarkan perjanjian ini dan Perjanjian Luaran Tambahan PKM.
(3). Perjanjian Luaran Tambahan PKM pembiayaannya diatur tersendiri.
Pasal 2
(1). Biaya pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud Pasal 1 di atas dibebankan kepada Pihak Pertama melalui anggaran Universitas Tarumanagara.
(2). Besaran biaya pelaksanaan yang diberikan kepada Pihak Kedua sebesar Rp 8.000.000,- (Delapan juta rupiah), diberikan dalam 2 (dua) tahap masing-masing sebesar 50%.
(3). Pencairan biaya pelaksaaan Tahap I akan diberikan setelah penandatangangan Perjanjian Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat.
(4). Pencairan biaya pelaksanaan Tahap II akan diberikan setelah Pihak Kedua melaksanakan pengabdian kepada masyarakat, mengumpulkan laporan akhir, logbook, laporan pertanggungjawaban keuangan dan luaran/draf luaran.
(5). Rincian biaya pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) terlampir dalam Lampiran Rencana dan Rekapitulasi Penggunaan Biaya yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam perjanjian ini.
Pasal 3
(1). Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat akan dilakukan oleh Pihak Kedua sesuai dengan proposal yang telah disetujui dan mendapatkan pembiayaan dari Pihak Pertama.
(2). Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam Periode I, terhitung sejak Januari-Juni Tahun 2021
Pasal 4
(1). Pihak Pertama mengadakan kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh Pihak Kedua.
(2). Pihak Kedua diwajibkan mengikuti kegiatan monitoring dan evaluasi sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh Pihak Pertama.
(3). Sebelum pelaksanaan monitoring dan evaluasi, Pihak Kedua wajib mengisi lembar monitoring dan evaluasi serta melampirkan laporan kemajuan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat dan logbook.
(4). Laporan Kemajuan disusun oleh Pihak Kedua sesuai dengan Panduan Pengabdian Kepada Masyarakat yang telah ditetapkan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat.
(5). Lembar monitoring dan evaluasi, laporan kemajuan dan logbook diserahkan kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan.
Pasal 5
(1). Pihak Kedua wajib mengumpulkan Laporan Akhir, Logbook, Laporan Pertanggungjawaban Keuangan, dan luaran/draf luaran.
(2). Laporan Akhir disusun oleh Pihak Kedua sesuai dengan Panduan Pengabdian Kepada Masyarakat yang telah ditetapkan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat.
(3). Logbook yang dikumpulkan memuat secara rinci tahapan kegiatan yang telah dilakukan oleh Pihak Kedua dalam pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat
(4). Laporan Pertanggungjawaban yang dikumpulkan Pihak Kedua memuat secara rinci penggunaan biaya pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat yang disertai dengan bukti-bukti.
(5). Luaran Pengabdian Kepada Masyarakat yang dikumpulkan kepada Pihak Kedua berupa luaran wajib dan luaran tambahan.
(6). Luaran wajib hasil Pengabdian Kepada Masyarakat berupa artikel ilmiah yang dipublikasikan di Xxxxxx Xxxxx, jurnal ber-ISSN atau prosiding nasional/internasional.
(7). Selain luaran wajib sebagaimana disebutkan pada ayat (6) di atas, Pihak Kedua wajib membuat poster untuk kegiatan Research Week.
(8). Draft luaran wajib dibawa pada saat dilaksanakan Monitoring dan Evaluasi (Monev) PKM.
(9). Batas waktu pengumpulan Laporan Akhir, Logbook, Laporan Pertanggungjawaban Keuangan, dan luaran adalah Juni 2021
Pasal 6
(1). Apabila Pihak Kedua tidak mengumpulkan Laporan Akhir, Logbook, Laporan Pertanggungjawaban Keuangan, dan Luaran sesuai dengan batas akhir yang disepakati, maka Pihak Pertama akan memberikan sanksi.
(2). Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) proposal pengabdian kepada masyarakat pada periode berikutnya tidak akan diproses untuk mendapatkan pendanaan pembiayaan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat.
Pasal 7
(1). Apabila terjadi perselisihan menyangkut pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini, kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah.
(2). Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, keputusan diserahkan kepada Pimpinan Universitas Tarumanagara.
(3). Keputusan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini bersifat final dan mengikat.
Demikian Perjanjian Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat ini dibuat dengan sebenar-benarnya pada hari, tanggal dan bulan tersebut xxxxxx xxxxx xxxxxx 0 (xxxx), yang masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.
Pihak Pertama Pihak Kedua
Ir. Xxx Xxx Xxxx, Ph.D Xxxxxxxxx Xxxxxxxx, SE.,X.Xx.,Ak.,CA
RENCANA PENGGUNAAN BIAYA (Rp)
Rencana Penggunaan Biaya | Jumlah |
Honorarium | Rp 1.600.000,- |
Pelaksanaan Kegiatan | Rp 6.400.000,- |
REKAPITULASI RENCANA PENGGUNAAN BIAYA (Rp)
NO | POS ANGGARAN | TAHAP I (50 %) | TAHAP II (50 %) | JUMLAH | |||
1 | Honorarium | Rp | 800.000,- | Rp | 800.000,- | Rp | 1.600.000,- |
2 | Pelaksanaan Kegiatan | Rp 3.200.000,- | Rp 3.200.000,- | Rp | 6.400.000,- | ||
Jumlah | Rp 4.000.000,- | Rp 4.000.000,- | Rp | 8.000.000,- |
Jakarta, 1 April 2021 Pelaksana PKM
(Xxxxxxxxx Xxxxxxxx, SE.,X.Xx.,Ak.,CA)
LAPORAN AKHIR
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT YANG DIAJUKAN
KE LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
STRATEGI PENGEMBANGAN UMKM KERAJINAN PERAK DI BANDUNG DENGAN MATRIKS SWOT
Disusun oleh:
Ketua Tim
Xxxxxxxxx Xxxxxxxx, SE., X.Xx., Ak., CA dan 0302107101/10101017
Anggota:
Xxx. Xxxx Xxxxxxxx, MA dan 0319075502/10198024
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Periode I /Tahun 2021
1. Judul : Strategi Pengembangan UMKM Kerajinan Perak Di Bandung dengan Matriks SWOT
2. Nama Mitra PKM : Daisy Logam
3. Ketua Xxx Xxxxusul
a. Nama dan gelar : Xxxxxxxxx Xxxxxxxx, SE.,X.Xx., Ak., CA
b. NIK/NIDN : 10101017/0302107101
c. Jabatan/gol. : Lektor
d. Program studi : Akuntansi
e. Fakultas : Ekonomi
f. Bidang keahlian : Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen
g. Alamat kantor : Tanjung Duren Xxxxx xx 0, Xxxxxx, Xxxxxxx Xxxxx
00000
h. Nomor HP/Telpon : 085966206382/5655507, 08,09,10 ext 0713
4. Anggota Tim PKM (Dosen)
a. Jumlah anggota : Dosen 1 orang
b. Nama anggota 1/Keahlian : Xxx. Xxxx Xxxxxxxx, MA/ Ekonomi dan Manajemen Sumberdaya Manusia (SDM)
5. Anggota Tim PKM (Mahasiswa) : Mahasiswa 1 orang
a. Nama mahasiswa dan NIM : Xxxxxx Xxxxx dan 125190251
6. Lokasi Kegiatan Mitra :
a. Wilayah mitra : Jl. Setrasari kulon VII no 42
b. Kabupaten/kota : Kota Bandung
c. Provinsi : Jawa Barat
d. Jarak PT ke lokasi mitra : 153 km
7. Luaran yang dihasilkan : Publikasi Jurnal dan Modul
8. Jangka Waktu Pelaksanaan : Januari-Juni
9. Biaya yang disetujui LPPM : Rp 8.000.000
Jakarta, 30 Juni 2021
Menyetujui
Ketua Lembaga Penelitian dan Ketua Tim Pengusul Pengabdian kepada Masyarakat
Xxx Xxx Xxxx, Ph.D Xxxxxxxxx Xxxxxxxx, SE.,X.Xx.,Ak.,CA NIK:10381047 0302107101/10101017
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
RINGKASAN iv
PRAKATA v
BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................................
1.1 Analisis Situasi 1
1.2 Permasalahan Mitra 9
BAB 2. SOLUSI PERMASALAHAN DAN LUARAN 10
2.1 Solusi Permasalahan 10
2.2 Luaran Kegiatan PKM 10
BAB 3 METODE PELAKSANAAN 12
3.1 Langkah-Langkah/Tahapan Pelaksanaan 12
3.2 Partisipasi Mitra dalm Kegiatan PKM 14
3.3 Kepakaran dan Pembagian Tugas TIM 14
BAB 4. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI 16
BAB 5. KESIMPULAN DAN XXXXX 00
XXXXXX XXXXXXX 00
LAMPIRAN..............................................................................................................
1. Biodata Ketua, Anggota, dan Mahasiswa 28
2. Surat Tugas Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat 51
3. Surat Persetujuan dan Pernyataan Kerjasama Mitra 55
4. Artikel Jurnal Publikasi Xxxxxx Xxxxx 2021 56
5. Sertifikat Sebagai Pemakalah Xxxxxx Xxxxx 2021 68
RINGKASAN
Apabila kita mendengar kata kerajinan perak, maka akan terlintas di benak kita satu kota yang terkenal dengan kerajinan peraknya yaitu Kotagede di Yogyakarta. Namun masih banyak kota lain yang penduduknya menekuni kerajinan perak seperti di daerah Bali dan juga Kota Gadang, Sumatra Barat. Bahkan di kota Bandung pun ada salah satu UMKM yang menekuni kerajinan perak khususnya perhiasan perak. Konsumen dapat membuat perhiasan perak yang didesainnya sendiri atau yang didesain oleh pemilik UMKM ini dengan ditambahi batu-batu perhiasan tertentu seperti batu amethys, garnet, topaz, zamrud, blue saphire atau bahkan juga dari batu giok.
UMKM kerajinan perak yang berlokasi di Bandung ini dimiliki oleh seorang ibu rumah tangga yang memberi label pada usahanya dengan nama Daisy Logam. Usaha yang ditekuninya ini juga diperoleh melalui perjalanan usahanya yang tidak sengaja yang berawal dari kesukaannya untuk membuat accesories dari benang wol, sehingga berakhir pada usaha kerajinan perak yang ditekuninya saat ini.
Xxxxx Xxxxx yang dimiliki oleh Ibu Desi Rusanita ini membuat dan mendisain sendiri perhiasan perak yang dipesan oleh konsumen dengan model yang unik, sehingga konsumen merasa senang dan melakukan pemesan kembali untuk dibuatkan perhiasan perak lainnya. Daisy Logam mempekerjakan pengrajin perak yang berasal dari daerah Bandung dan Bali. Proses produksi pembuatan perhiasan perak ini dikerjakan oleh para pengrajin, sedangkan fungsi manajemen lainnya seperti pemasaran, keuangan dan akuntansi semua dilakukannya sendiri. Manajemen UMKM yang dikelolanya ini juga masih sederhana
Pada masa pandemi saat ini bagi UMKM kerajinan perak Xxxxx Xxxxx terjadi penurunan penjualan sehingga pemilik berusaha berpikir keras untuk tetap menjalankan usahanya ini dengan membuat perhiasan perak dengan harga yang lebih ekonomis dan margin yang tipis. Ini dilakukan agar pengrajin perak yang dimilikinya ini tetap dapat memperoleh pendapatan dan menghidupi keluarganya. Oleh karena itu tim PKM Untar mencoba membantu UMKM Daisy Logam ini untuk dapat memahami setiap kekuatan, kelemahan yang ada pada usahanya dan melihat setiap peluang dan tantangan menjadi suatu strategi yang akan diterapkannya dalam mengembangkan kerajinan perak yang ditekuninya.
Kegiatan PKM ini dilakukan ini dengan memberikan pemahaman dan transfer pengetahuan kepada UMKM kerajinan perak Xxxxx Logam untuk mengenal dan mengetahui kekuatan, kelemahan , kesempatan dan ancaman atau tantangan yang dihadapi oleh UMKM kerajinan perak xxxxx Xxxxx. Setelah pengrajin memahami setiap kekuatan, kelemahan, kesempatan dan tantangan yang dihadapi oleh usaha yang ditekuninya ini, maka Xxx PKM Untar akan membuat strategi pengembangan usaha kerajinan perak Daisy Logam dengan matriks SWOT ( Strength, Weakness, Opportunity, and Threat). Strategi SWOT ini dibuat untuk mengembangkan usaha kerajinan perak khususnya kerajinan perhiasan perak agar UMKM ini dapat meneruskan usahanya dan mampu mendapatkan penghasilan yang bisa menghidupi para pengrajin perak yang dimilikinya.
Kata Kunci : Kerajinan Perak, Matriks SWOT
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang sudah memberikan Kasih, Rahmat dan Karunia-Nya buat kami semua sehingga kami diberikan kemampuan, dan kemudahan untuk dapat membuat proposal kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat di UMKM Kerajinan Perak di Bandung yang yang beralamat di Jl. Setrasari kulon VII no 42 bandung Jawa Barat dengan judul Strategi Pengembangan UMKM Kerajinan Perak Di Bandung dengan Matriks SWOT. Pada kesempatan ini, kami sebagai tim PKM menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Xxxx selaku pemilik UMKM Kerajinan perak Xxxxx Xxxxx.
Tim PKM menyadari bahwa dalam pembuatan proposal kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini masih belum sempurna dan masih ada kekurangannya, sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar pembuatan proposal kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini menjadi lebih baik.
Jakarta, 30 Juni 2021 Xxx Xxnulis PKM
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Jika kita mendengar tentang kerajinan perak akan terlintas di pikiran kita satu kota yang terkenal dengan kerajinan peraknya yaitu kota Yogyakarta. Di salah satu sudut kota Yogyakarta tepatnya di Kotagede terkenal akan kerajinan peraknya. Bukan hanya di Kotagede saja, kerajinan perak juga ada di kota lain di wilayah Indonesia seperti di Propinsi Sumatera Barat di nagari (desa) Koto Gadang, Kabupaten Agam. Bahkan di daerah Gianyar Bali tepatnya di desa Celuk juga terkenal dengan kerajinan peraknya. Kerajinan perak yang tersebar di daerah- daerah ini pada umumnya merupakan usaha industri rumahan (home-industries) yang masih dikelola secara tradisional dengan manajemen yang sederhana. Para pengrajin perak ini akan membuat perhiasan –perhiasan yang berbahan baku perak sesuai dengan pesanan dari pelanggan atau untuk memenuhi ekspor kerajinan perak ke luar negeri. Kerajinan perak yang ditujukan untuk ekspor dilakukan oleh para pengusaha yang memiliki modal besar.
Di Kota Bandung Jawa Barat ada sebuah home-industries yang menekuni usaha kerajinan perak berupa perhiasan yang memenuhi pesanan dari pelanggannya. Seorang ibu rumah tangga dengan setianya menekuni kerajinan ini sebagai pekerjaannya dengan mempekerjakan pengrajin kerajinan perak yang ada di daerah Bandung dan juga pengrajin di kota Bali. Ibu ini mempekerjakan para pengrajin perak sekitar berjumlah.tiga orang. Mereka akan membuat perhiasan yang berbahan baku perak dengan ditambah batu-batu alam seperti batu amethys, garnet, topaz, peridot, cetirine, dan juga batu giok yang berasal dari Aceh.
Pekerjaan pembuatan perhiasan yang berbahan baku perak ini dimulai pada saat konsumen menghubungi ibu ini untuk dibuatkan perhiasan yang berbahan baku perak. Design perhiasan yang ingin dibuatkan biasanya dari ide pembeli atau konsumen , tetapi dapat juga bentuk design yang ingin dibuatkan oleh konsumen berasal dari ide ibu ini. Ibu ini bernama Desi Rusanita, yang terjun ke dunia perhiasan dari bahan perak ini tidak sengaja.
Jika mengamati perkembangan dan asal asul kerajinan perak yang ada di Indonesia tidak terlepas dari pengertian perak itu sendiri . Definisi dari perak adalah sebuah unsur kimia yang dilambangkan dengan lambang Ag dalam tabel periodik unsur kimia dan memiliki nomor atom
00 (xxxxxxx xxxx xxxxxx Latin Argentum) yang merupakan sebuah logam yang memiliki karakteristik lunak, berwarna putih mengkilap, memiliki sifat konduktif terhadap listrik dan panas, di dalamnya terdapat mineral dan memiliki bentuk bebas (xxxxx://xx.xxxxxxxxx.xxx › wiki › Perak)
Perak ini digunakan sebagai bahan baku koin, perhiasan, peralatan meja, dan fotografi. Perak merupakan salah satu logam mulia selain emas.
Nama Perak berasal dari kata Inggris Kuno Anglo-Saxon ‘seolfor’ yang berarti perak. Pada zaman Xxxxxxxxxxx perak (silver) digunakan sebagai pengobatan yang dapat melawan dan menangkal penyakit. Perak memiliki sifat lembut (perak murni) sehingga perak harus dicampur dengan logam lainnya supaya dapat dibentuk menjadi perhiasan, sehingga dikenal istilah silver 925 ( istilah ini muncul di Inggris pada abad ke -13). Istilah silver 925 berarti bahwa dalam perak ini terdapat unsur perak sebesar 92,5% dan 7,5% berasal dari logam lainnya seperti misalnya tembaga.
Pada zaman dahulu menurut legenda, perak adalah suatu logam yang digunakan untuk mencegah kekuatan gaib, seperti manusia srigala ataupun vampir. Saat Perang Dunia I perak dugunakan untuk mencegah infeksi seperti antibiotik, yang berkembang terus sampai saat ini di mana perak digunakan dalam menambah gigi yang bolong. Ini karena perak adalah bahan yang aman, awet dan tahan lama.
Perak sebagai bahan baku kerajinan dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan cara pembuatannya. Klasifikasi kerajinan perak berdasarkan cara pembuatannya adalah perak buatan tangan /handmade, perak buatan mesin /machinery, perak cetakan /casting (https:// xxx.xxxxxxxxx00.xxx/xxxxx-xxxxx-xxxxxxxxx-xxxxx-xxxxxxxxxxx-xxxx-xxxxxxxxx.xxx. Perak buatan tangan (Handmade) adalah kerajinan perak yang murni dibuat dengan tangan, tidak mengandalkan mesin. Semua proses pembuatan kerajinan dari awal proses sampai tahap akhir proses semua dikerjakan dengan tangan. Perak buatan mesin (Machinery) adalah kerajinan perak yang menggunakan mesin dan biasanya produk perak yang dihasilkan bersifat massal seperti kalung dan gelang rantai. Mesin pembuatan perhiasan dari perak sangat mahal harganya, sehingga tidak semua pengrajin dapat membeli mesin ini. Perak cetakan (Casting) adalah satu proses pembuatan perak dengan cara cetak sehingga dihasilkan produk perak dalam jumlah yang besar dengan waktu yang relatif terbatas. Penggunaan mesin cetak atau mesin casting sentrifugal ini memudahkan pengrajin untuk membuat kerajinan perak yang memiliki ukuran dan model yang sama persis..
Apabila diihat dari sisi material bahan peraknya, maka perak buatan tangan (handmade) dibagi menjadi dua yaitu filigree dan solid silver. Filigree adalah kerajinan perak yang berbahan benang atau kawat perak yang dipilin dan dipress, sedangkan solid silver adalah kerajinan perak yang terbuat dari lempengan atau lembaran perak. Jenis kerajinan yang terbuat dari solid silver ini mudah dibentuk karena lebih fleksibel dan digunakan untuk membuat peralatan makan seperti piring, mangkok, nampan juga untuk membuat miniatur dan perhiasan seperti cincin, gelang.
Awal usaha Xxxxx Xxxxx yang dimiliki oleh Ibu Rusanita dalam membuat perhiasan yang berbahan baku perak ini dimulai tanpa sengaja. Awal ketertarikannya pada usaha membuat perhiasan handmade dimulai pada tahun 2010 tepatnya bulan desember. Pada saat itu ibu Xxxx membuat gelang yang dibuat dari xxxxxx xxxx dan memasarkannya di facebook dan fanpage milik adik kandung ibu Xxxx. Gelang yang dibuatnya dari benang wool ini mampu mengisi accesories di majalah go Girl dan tampil di majalah remaja tersebut. Kreativitas dan inovasi terus dikembangkan oleh ibu ini dengan memulai pembuatan accesories dari kancing baju, seperti pembuatan bros, jepit, gelang, kalung dan ikat pinggang. Produk accesories buatannya ini dititipkan di toko baju di atas Toko Kartika Xxxx Xxxx xxxxxxx.
Keramahannya dalam pergaulan dan tidak sombong menularkan ketrampilannya pada orang lain yang ingin belajar padanya untuk membuat accesories inilah yang membuat production house dari trans 7 memintanya untuk mengisi acara Brownies. Pada Acara tersebut Ibu Desi menjelaskan tentang tutorial pembuatan accesories yang berbahan kancing. Seiring dengan penampilannya di acara Trans 77 ini , Majalah Ummi juga memintanya untuk tampil di halaman majalahnya untuk memamparkan proses pembuatan acesories dari kancing ini. Dari sinilah ibu Xxxx mulai mengasah lagi kemampuannya untuk membuat accesories dengan bahan lain seperti manik-manik , batu dan pita.
Pada awal tahun 2013 dimulailah perkenalannya untuk membuat perhiasan dari perak, di mana pada tahun tersebut ibu Xxxx bertemu dengan pengrajin perak yang bekerja di salah satu studio perak di Bandung. Pada awal perkenalannya ini, Ibu Xxxx hanya memfokuskan pada kegiatan pemasaran, dan mencari batu serta model perhiasan accesories yang dibutuhkan untuk produksi. Sementara itu kegiatan produksi tetap diserahkan ke pengrajin yang memiliki studio perak di rumahnya sendiri. Pada saat itu accesories yang berhasil dibuatnya hanya berupa bros dan cincin perak dengan model yang dirancing sendiri oleh Ibu desi. Accesories yang dibuatnya ini mendapatkan tanggapan yang positif dari konsumen. Hal inilah yang akhirnya membuat ibu rumah tangga ini menekuni usaha pembuatan accesories berbahan perak.
Momentum yang tepat pada pada tahun 2013 di mana pada saat itu sedang trend perbatuan (batu akik), Ibu Xxxx mulai mempelajari macam-macam batu dari pihak suplier tentang kualitas dan jenis batu-batu perhiasan. Perburuannya terhadap batu perhiasan dilakukan secara online dengan menghubungi penjual batu perhiasan dari seantero Indonesia seperti penjual batu perhiasan atau batu akik dari Kalimantan, Aceh, bali dan juga Jakarta. Pembuatan perhiasan dengan menggunakan batu-batuan ini diproduksi dengan cara Pre-Order dan custom. Ibu Desi
mulai mengupload batu-batuan yang belum diikat dan juga model perhiasan yang ingin dibuat oleh konsumen.
Beberapa konsumen mulai menghubungi Ibu Desi untuk dibuatkan perhiasan dari perak dengan batuan tertentu. Perhiasan dengan menggunakan batu akik ini dibuat sesuai dengan design yang dirancang sendiri oleh konsumennya, namun ada juga yang memesan perhiasan dengan model yang sudah dibuat oleh ibu Xxxx. Apabila perhiasan dari batu akik dan perak ini telah selesai dibuat, konsumen akan dikabari oleh Ibu Xxxx. Jika perhiasan perak dan batu akik yang telah dibuat oleh pengrajin peraknya tidak sesuai dengan keinginan konsumen, maka pemilik Daisy logam ini yaitu Ibu desi akan memperbaiki perhiasan tersebut tanpa dikenakan biaya tambahan. Ini menyebabkan pemilik Xxxxx Xxxxx harus membayar dua kali upah kepada pengrajin. Semua dilakukannya agar konsumen merasa puas akan produk perhiasan perak dan batu akik yang dibuatnya dan melakukan pemesanan kembali.
Ada juga konsumen yang telah memesan untuk dibuatkan perhiasan dari perak dan batu tertentu, membatalkan pesanannya karena alasan tertentu, meskipun perhiasan telah dibuatnya. Ini juga dipahami oleh Ibu Desi.dengan sabar. Menurutnya pesanan perhiasan yang telah dibuat dan dibatalkan oleh konsumennya ini dapat dipasarkan lagi.
Perhiasan perak yang dibuat oleh pengrajin yang dimiliki oleh Daisy logam ini dibuat dengan teknik handmade, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pengerjaannya. Konsumen harus menanti dengan sabar untuk mendapatkan perhiasan perak yang telah dipesannya pada UMKM ini. Bagi konsumen yang baru pertama kali memesan perhiasan perak dengan batu ini sering tidak sabar. Ini membuat Ibu Xxxx akan mengirimkan foto tahap penyelesaian proses produksi perhiasan tersebut. Ini dilakukannya agar konsumen yakin bahwa pesanan pembuatan perhiasan dari perak ini sedang dikerjakan oleh pengrajinnya.
Pada saat perhiasan perak ini telah selesai dibuat sesuai dengan design dan rancangan yang telah disepakati oleh konsumen, maka perhiasan dari perak ini akan dikirimkan lewat ekspedisi. Kadang ekspedisi sering lambat dalam mengirimkan pesanan accesories perhiasan dari perak ini ke pelanggan, sehingga konsumen komplain kepada pemilik Xxxxx Xxxxx. Untuk mengatasi masalah ini biasanya pemilik Xxxxx Xxxxx akan memberikan bukti resi pengiriman kepada konsumen dan meminta konsumen untuk sabar menunggu karena pesanan telah dirimkan lewat ekpedisi. Beberapa contoh perhiasan perak yang dibuat oleh xxxxx Xxxxx ada pada Gambar 1.
Gambar 1.1 Perhiasan Perak dengan Batu Akik
Perhiasan perak yang telah dibuat oleh daisy logam kadang dalam perjalanan mengalami kerusakan (penyok) akibat kesalaham pengiriman dalam perjalanan. Ini berakibat konsumen mengembalikan peerhiasan tersebut untuk diperbaiki kembali. Setelah perhiasan tersebut diperbaiki maka akan dikirimkan kembali kepada konsumen. Hal ini membuat pemilik Xxxxx Xxxxx berusaha untuk meningkatkan kualitas dalam membuat kemasan tempat perhiasan perak.
Pada Tahun 2015, pemilik Xxxxx Xxxxx mulai menambah jumlah pengrajin yang berasal dari bali. Pengrajin ini memiliki studio perak, sehingga memudahkan pemilik Xxxxx Xxxxx untuk membuat pesanan perhiasan perak dari konsumen. Pengrajin yang direkrutnya dari Bali ini memiliki keunggulan dibandingkan pengrajin perak dari daerah lain. Pengrajin perak dari Bali ini dapat mengerjakan proses pembuatan perhiasan dengan waktu yang lebih cepat dan dapat membuat model perhiasan yang rumit. Hampir dalam sebulan dapat dibuat pesanan perhiasan dari perak sebanyak 30 unit.
Memasuki tahun 2016 dimana mulai meredupnya usaha batu akik berimbas juga pada penjualan perhiasan perak yang menggunakan batu-batuan tersebut. Omset pembuatan perhiasan perak menurun drastis. Pada masa ini pemilik Xxxxx Xxxxx hanya membuat 2 sampai 5 unit perhiasan perak dalam sebulan. Penjualan perhiasan perak yang menggunakan batu akik yang
turun drastis ini membuat pemilik Xxxxx Xxxxx mencoba memikirkan diversifikasi usaha pembuatan perhiasan yang lain.
Suplier yang dulu memasok batu-batu akik ke pemilik daisy logam mulai menawarkan batu giok natural Aceh yang dipercaya bagus untuk kesehatan. Pemiliki Daisy logam mulai membuat perhiasan dengan batu giok yang dilapisi dengan perak dan mencoba menawarkannya kepada konsumen. Banyak konsumen yang memesan kalung, gelang dan cincin dari batu giok ini, sehingga usaha pembuatan perhiasan dari perak pun dapat naik kembali.
Pada saat masa pandemi covid 19 ini terjadi di Indonesia pada bulan Maret 2020, penjualan pun perlahan-lahan turun kembali. Pemilik Xxxxx logam mulai membuat perhiasan dari perak sebagai stok barang agar pengrajin tetap mempunyai penghasilan di masa pandemi ini. Pengrajin yang dimiliki oleh Daisy logam yang berasal dari Bali ini tetap membuat pesanan perhiasan dari perak dan batu giok. Berikut ini adalah beberapa gambar proses pembuatan perhiasan dari batu Giok (Gambar 2).
Gambar 1.2 Proses Pembuatan Gelang dari Batu Giok
Untuk mengatasi kelesuan penjualan perhiasan dari perak ini, pemilik Daisy logam membuat perhiasan dari perak dan giok yang dijual dengan harga ekonomis, dengan mengurangi margin keuntungan. Pemilik Xxxxx Xxxxx tetap membuat stok perhiasan perak dengan harapan pembeli dapat membei perhiasan perak dengan harga yang relatif terjangkau dengan design yang cantik, bagus dan manis.
Kerajinan perak berupa perhiasan yang menggunakan batu-batu perhiasan ini yang dibuat oleh Ibu Desi masih menggunakan teknik manajemen yang sederhana. Semua bagian yang ada dalam usaha membuat kerajinan perak berupa perhiasan ini ditangani oleh ibu Xxxx seorang diri, kecuali dalam produksi pembuatan kerajinan perak yang dibantu oleh pengrajin perak. Sejak pesanan pembuatan perhiasan perak yang diorder oleh konsumen, sampai pada design perhiasan semua dilakukannya seorang diri. Pengelolaan keuangan juga diatur olehnya dengan tidak memisahkan antara keuangan kas usaha kerajinan perak dengan keuangan keluarga. Ini membuat pemilik Xxxxx Xxxxx tidak dapat mengetahui berapa omset dari pembuatan perhiasan perak dan keuntungan yang diperolehnya selama waktu tertentu. Pencatatan keuangan juga masih dicatat seadanya, belum ada pencatatan yang dilakukan sistematis dan teratur yang mendokumentasikan semua transaksi keuangan untuk usaha kerajinan perak yang dimilikinya.
Harga jual kerajinan perak berupa perhiasan yang dibuat oleh Xxxxx Xxxxx ini ditetapkan atas dasar estimasi atau perkiraan harga jual produk perhiasan sejenis di pasar. Selama ini Xxxxx Xxxxx tidak membuat secara detail berapa perhitungan harga produksi perhiasan perak yang dibuatnya. Semua pengeluaran dalam hal produksi perhiasan perak miliknya hanya dicatat secara sederhana. Hal ini yang membuat Xxxxx Xxxxx tidak dapat menghitung jumlah keuntungan atau kerugian dari usaha kerajinan perak berupa perhiasan miliknya.
Dari paparan yang telah dijelaskan di atas oleh pemilik Xxxxx logam kepada Xxx XXX Untar lewat media Zoom, maka tim PKM Untar memahami inti masalah yang dihadapi oleh Xxxxx Xxxxx sebagai pemilik usaha produksi perhiasan perak homemade, yaitu pemilik belum mengenal kelebihan, kekurangan, dan tantangan serta peluang yang dimiliki oleh usaha homemade yang dikelolanya. Tim PKM Untar ingin memberikan pelatihan mengenai perlunya ada pemahaman dari pemilik usaha kerajinan perak Xxxxx Logam milik ibu Desi Rusanita. Pelatihan ini diperlukan oleh Ibu Xxxxx untuk dapat mengenal kelebihan dan kelemahan yang ada di usaha kerajinan perak miliknya serta membuat strategi untuk pengembangan usaha kerajinan perak. Kegiatan Pelatihan yang akan diberikan oleh Tim PKM Untar ini diharapkan
ibu Desi Rusanita mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada di kerajinan perak Xxxxx Xxxxx. Dengan pemahaman yang dimiliki oleh pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan xxxxxxxxx xxx, xxxx ibu Desi Rusanita dapat menyusun strategi yang sesuai yang digunakan untuk mengembangkan kerajinan perak dengan matriks SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunity, Threats). Pemilik Xxxxx Xxxxx dapat menganalisis matriks SWOT ini sebelum mengambil keputusan usaha dalam menjalankan usaha kerajinan perak agar keputusan bisnis yang diambil tepat dan tidak salah (Ghazinoory et al., 2011).
Rangkuti (2014) menjeleaskan bahwa strategi adalah suatu alat untuk mencapai setiap tujuan dari kegiatan usaha, sedangkan Xxxxx (2013) menyatakan bahwa manajemen strategi adalah suatu cara/teknik/seni dan ilmu pengetahuan dalam menjabarkan, merumuskan, serta implementasi dan proses evaluasi setiap keputusan yang terjadi secara lintas fungsional sehingga sebuah usaha / bisnis atau organisasi dapat meraih tujuan.
Kegiatan PKM yang dilakukan oleh Xxx Xxxxx pada usaha kerajinan perak Daisy logam yang memberikan pemahaman tentang strategi pengembangan usaha kerajinan dengan analisis SWOT dapat membantu pemilik Diasy Logam untuk menganalisisis strategi usaha yang harus dilakukannya. Pemilik Xxxxx Xxxxx harus dapat mengetahui dan menentukan kekuatan (strengths) usaha kerajinan peraknya yang dapat berfungsi sebagai kunci dalam mengelola kerajinan perak. Kekuatan (strengths) adalah suatu kompetensi yang bersifat khusus yang ada dalam usaha kerajinan perak yang dimilikinya yang menjadi keunggulan komparatif di pasaran (Xxx Xxxxxx, 2017).
Pemahaman tentang kelemahan usaha (weaknesses) yang dimiliki dalam usaha kerajinan perak yang dikelolanya ini adalah pemahaman mengenai keterbatasan dan kekurangan dalam hal sumber, ketrampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang untuk memperoleh kinerja yang memuaskan (Maemonah, 2015). Kelemahan yang ada dalanm usaha kerajinan peraknya ini harus dikurangi, diperbaiki dan tidak terekspose keluar sehingga dapat dibaca oleh pesaing keajinan perak lainnya.
Peluang dan ancaman juga harus diketahui dan dipahami oleh pemilik Xxxxx Xxxxx dalam usaha untuk mendapatkan konsumen dan mempertahankan konsumen yang sudah ada. Peluang adalah berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi satu satuan bisnis (Zuhri, 2013). Peluang yang ada dalam usaha kerajinan perak yang dimiliki oleh Xxxxx Xxxxx ini harus dimanfaatkan oleh pemilik Xxxxx Xxxxx untuk mengembangkan kerajinan perak agar dapat menambah jumlah konsumen. Ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang merugikan atau tidak menguntungkan yang ada dalam suatu satuan bisnis (Maemonah, 2015).
Ancaman harus dapat diatasi karena ini dapat menghambat jalannya usaha kerajinan perak yang dimiliki oleh Xxxxx Xxxxx. Ancaman terjadi karena pesaing dapat memberikan hal yang lebih baik daripada usaha kerajinan perak Xxxxx Xxxxx. Usaha kerajinan perak Xxxxx Xxxxx harys mempertahankan dan meningkatkan kualitas atau mutu kerajinan perak berupa perhiasan perak, menjaga pelayanan kepada konsumen supaya konsumen tetap loyal dan setia terhadap produk yang dihasilkan (Putro, 2014)
1.2 Permasalahan Mitra
Hasil perbincangan melalui whatsapp dan zoom yang dilakukan oleh Xxx XXX Untar dengan mitra kerajinan perak Daisy Logam yang ada di Bandung, maka ada beberapa masalah yang dihadapi oleh kerajinan perak Daisy Logam yaitu :
1. Pemilik usaha kerajinan perak Xxxxx Logam milik Ibu Desi Rusanita belum memahami mengenai kekuatan dan kelemahan dari usaha yang dikelolanya sehingga sering kali pemilik merasa kesulitan untuk mengetahui kinerja dari usaha kerajinan perak yang dimilikinya dan bersaing dengan pemilik kerajinan perak lainnya.
2. Pemilik belum dapat melihat kesempatan atau peluang yang ada dalam usaha kerajinan peraknya, sehingga kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan peraknya terlewatkan
3. Pemilik Xxxxx Xxxxx belum memahami pentingnya pencatatan keuangan yang terpisah antara catatan keuangan usaha dan catatan keuangan pribadi keluarga. Ini menyebabkan pemilik sukar untuk mendapatkan modal dari bank untuk mengembangkan usaha kerajinan peraknya.
4. Pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx belum mengetahui adanya pengrajin perak lainnya yang membuat kerajinan perak berupa perhiasan yang juga memiliki studio perak dan pemasaran yang modern dengan menawarkan produknya di media sosial.
BAB 2
SOLUSI PERMASALAHAN DAN LUARAN
2.1 Solusi Permasalahan
Dari hasil survey, pengamatan, observasi dan wawancara yang dilakukan oleh Xxx XXX Untar dengan pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx yaitu Ibu Desi Rusanita, maka Tim PKM Untar mencoba membuat solusi yang dapat memecahkan masalah yang dihadapi oleh pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx UMKM yaitu :
1. Tim PKM Untar akan memberikan transfer pengetahuan mengenai pentingnya manajemen strategis sederhana kepada pemilik kerajinan perak Xxxxx Logam agar Ibu Desi Rusanita mampu menggunakan kekuatan yang dimiliki dalam usaha kerajinan peraknya dan mampu melihat model perhiasan perak yang sedang trend dan digemari oleh wanita. Ini dilakukan agar pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx dapat melihat setiap peluang atau kesempatan yang ada dalam mengembangkan usaha kerajinan peraknya yang berupa perhiasan dari perak dan memberikan inovasi baru yang berbeda dengan menciptakan model perhiasan perak yang unik.
2. Pengenalan mengenai kelemahan yang ada dalam usaha kerajinan perak Xxxxx Logam ini akan diberikan oleh Xxx PKM Untar agar pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx dapat mengurangi atau meminimalisasikan kelemahannya, dengan memperbaiki kualitas dan mutu dari perhisan perak yang dibuatnya sehingga semakin disenangi dan diminati oleh konsumen.
3. Tim PKM Untar akan memberikan pengenalan mengenai perlunya pemahaman yang komprehensif terhadap setiap tantangan hambatan dalam mengembangkan dan mengelola usaha kerajinan perak khususnya perhiasan perak agar pemilik Xxxxx Logam memiliki sikap yang kritis dan optimis untuk dapat mengelola setiap tantangan yang ada dalam membuat perhiasan dari perak dan mampu memperbaiki setiap kekurangan yang menjadi hambatan dalam membuat kerajinan perhiasan perak.
4. Tim PKM Untar juga akan mengenalkan peluang kepada pemilik kerajjinan perak Daisy Logam di usaha kerajinan perhiasan perak yang dapat dimanfaatkan oleh pemilik Daisy Logam untuk mengembangkan usahanya di Bandung.
2.2 Luaran Kegiatan PKM
Setiap kegiatan PKM harus memiliki target yang ingin dicapai oleh setiap Tim yang melakukan kegiatan PKM, demikian pula halnya pada Tim PKM Untar. Tim PKM Untar
memiliki target tertentu yang harus dapat dilakukan oleh semua anggota yang ada dalam Tim PKM Untar ini. Target kegiatan PKM yang dilakukan oleh Tim PKM Untar ini pada usaha kerajinan perak Xxxxx Xxxxx adalah agar pemilik kerajinan perak Daisy logam yaitu ibu Desi Rusanita dapat memahami kekuatan, kelemahan yang ada pada usaha kerajinan peraknya sehingga mampu menggunakan setiap potensi kekuatan yang dimilikinya untuk mengembangkan usaha pembuatan perhiasan dari perak dengan menggunakan strategi usaha yang tepat. Peluang yang ada dalam usaha kerajinan perak khususnya perhiasan perak juga dapat dimanfaatkan oleh pemilik Xxxxx Xxxxx untuk membuat perhiasan perak yang lebih ekonomis dengan model yang unik sehingga dapat dijangkau oleh konsumen. Pemanfaatan strategi usaha yang benar dan tepat dapat membantu pemilik usaha kerajinan Daisy logam untuk memetakan posisinya dalam usaha kerajinan perhiasan dari perak.
Luaran kegiatan PKM yang dilakukan oleh Xxx Xxxxx kali ini adalah berupa luaran wajib publikasi hasil kegiatan PKM di XXXXXX XXXXX 2021 dan luaran tambahan berupa video presentasi tentang manajemen strategik Xxxxxxx Xxxxxx .
BAB 3
METODE PELAKSANAAN
3.1 Langkah-Langkah /Tahapan Pelaksanaan
Tahapan kegiatan PKM ini dilakukan secara daring melalui media video whatsapp, zoom yang dilakukan secara sistematis dan terjadwal yang dibagi dalam beberapa kali pertemuan. Kegiatan PKM ini memiliki target agar tujuan kegiatan PKM tercapai yaitu agar pemilik kerajinan perak Daisy Logam memahami strategi bagi pengembangan usaha yang akan dibuat berdasarkan dari sudut internal dan eksternal di industri kerajinan perak khususnya perhiasan dari perak. Strategi pengembangan usaha kerajinan perak khususnya perhiasan perak yang akan dibuat oleh tim PKM Untar bersama-sama dengan pemilik Xxxxx Xxxxx adalah strategi berdasarkan konsep SWOT yaitu strategi yang akan dibuat dengan dasar kekuatan, kelemahan, peluang serta tantangan yang dihadapi oleh pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx. ngrajin.
Kegiatan pelatihan dan pendampingan tentang strategi pengembangan usaha kerajinan perak khususnya perhiasan perak dilakukan dalam beberapa pertemuan yang dilakukan secara daring. Pertemuan tersebut dapat dibagi menjadi pertemuan pertama yang mengumpulkan semua informasi dari sisi internal kerajinan perak Daisy logam yaitu kelemahan dan kekuatan yang ada pada usahanya. Informasi ini diperoleh oleh Xxx XXX Untar dengan cara melakukan interview atau wawancara dengan ibu Desi rusanita sebagai pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx. Observasi juga akan dilakukan oleh Tim PKM Untar pada kerajinan perak khususunya perhiasan perak untuk mendapatkan gambaran akan kesempatan dan tantangan yang dihadapi oleh usaha kerajinan perak ini. Informasi mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang diperoleh oleh tim PKM Untar ini akan disusun menjadi suatu pola atau peta yang akan menunjukkan posisi usaha kerajinan Xxxxx Xxxxx. Pertemuan kedua adalah mulai membuat strategi pengembangan usaha yang sesuai dengan konsep SWOT. Dari hasil penyusunan strategi ini diharapkan pemilik kerajinan perak Xxxxx dapat mengimplementasikan strategi yang telah dibuat untk mengelola kegiatan pembuatan perhiasan perak dan memperbaharui strategi jika lingkungan internal dan eksternalnya berubah.
Langkah-langkah tahapan pelaksanaan PKM terhadap permasalahan yang dihadapi oleh mitra yaitu kerajinann perak Xxxxx Xxxxx dapat dijelaskan pada Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1 Tahapan-Tahapan Peaksanaan Kegiatan PKM
No | Justifikasi Pengusul | Metode Pendekatan | Prosedur Kerja | Partisipasi Mitra | Jenis Luaran |
1 | Memberikan | Melakukan | Mengumpulkan | Menjawab setiap | Memo |
pemahaman dan | wawancara | informasi-informasi yang | pertanyaan yang | dan | |
pengetahuan kepada | dengan pemilik | berkaitan dengan | diajukan oleh | catatan | |
Mitra yaitu kerajinan | usaha kerajinan | kekuatan dan kelemahan | Tim PKM Untar | ||
perak Daisy Logam | perak Xxxxx | yang dimiliki oleh usaha | dalam rangka | ||
untuk dapat melihat | Logam yaitu Ibu | kerajinan perak Xxxxx | untuk | ||
sisi internal dirinya | Desi dan observasi | Logam. | mengumpulkan | ||
sendiri yaiitu setiap | pada usaha | informasi yang | |||
kelemahan dan | kerajinan perak | berkaitan dengan | |||
kekuatan yang ada | Daisy Logam. | kekuatan dan | |||
sebagai pemilik | kelemahan yang | ||||
usaha kerajinan | dimiliki oleh | ||||
perak khususnya | pemilik kerajinan | ||||
perjhiasan perak. | perak Daisy | ||||
logam. | |||||
2 | Mengenalkan kepada | Xxxberikan | Memberikan pemahaman | Membuat | Memo |
Ibu Xxxx sebagai | transfer ilmu dan | kepada mitra usaha | rangkuman | dan | |
pemilik kerajinan | pengetahuan serta | kerajinan perak Xxxxx | mengenai | catatan | |
perak Xxxxx Logam | pemahaman | Logam untuk dapat | kesempatan dan | ||
sisi ekternal yang ada | kepada pemilik | melihat setiap | tantangan yang | ||
di sekitar usaha | kerajinan perak | kesempatan dan | dihadapi oleh | ||
kerajinan perak | Daisy Logam | tantangan yang ada dalam | pemilik kerajinan | ||
khususnya perhiasan | untuk melihat | usaha kerajinan perak | perak Xxxxx | ||
xxxxx yang terdiri | setiap peluang dan | khususnya perhiasan | logam. | ||
dari peluang dan | hambatan yang | perak. | |||
tantangan yang | ada di sekitar | ||||
dihadapi oleh | lingkungan usaha | ||||
pemilik usaha | kerajinan perak | ||||
kerajinan perak | khususnya | ||||
Xxxxx Xxxxx. | perhiasan perak. | ||||
3 | Membuat strategi | Memberikan | Memberikan transfer | Mencoba | Memo |
sederhana | pemahaman | ilmu untuk Ibu Desi | memahami | dan | |
pengembanagan | kepada pemilik | selaku pemilik kerajinan | konsep SWOT | catatan | |
usaha kerajinan | kerajinan perak | perak Daisy Logam untuk | yang telah | ||
perak atas dasar | Xxxxx Xxxxx | dapat membuat strategi | diberikan oleh | ||
konsep SWOT | perlunya strategi | sederhana bagi | Tim PKM Untar | ||
bagi | pengembangan kerajinan | sehingga mampu | |||
pengembangan | perak khususnya | memetakan | |||
srtiap usaha yang | perhiasan perak. | posisi usahanya | |||
akan dikelola oleh | dan merancang | ||||
seseorang atau | strategi | ||||
satu unit usaha. | sederhana | ||||
pengembangan | |||||
usaha kerajinan | |||||
perak khususnya | |||||
perhiasan perak. | |||||
4 | Melakukan | Memberikan | Membuat strategi | Membantu | Modul |
pendampingan | transfer ilmu dan | pengembangan usaha | merumuskan | dan | |
kepada mitra usaha | mengarahkan | kerajinan perak | strategi dan | memo | |
yaitu pemilik | pemilik kerajinan | khususnya perhiasan | mengimplementa | ||
kerajinan perak xxxxx | xxxxx xxxxx Logam | perak dengan matriks | sikan strategi di | ||
logam agar dapat | untuk membuat | SWOT dan implementasi |
membuat strategi | dan memperbaiki | strategi | pada | usaha | kerajinan perak | ||
usaha pengembangan | strategi jika semua | kerajinan | perak | Xxxxx | Xxxxx Xxxxx. | ||
usaha dan merubah | faktor internal dan | Logam. | |||||
strategi yang telah | ekternal di sekitar | ||||||
dibuat jika ada | kerajinan perak | ||||||
perubahan baik sisi | berubah. | ||||||
internal dan eksternal | |||||||
berubah. |
3.2 Partisipasi Mitra dalam Kegiatan PKM
Mitra PKM yang dilakukan pada kegiatan PKM Tim Untar adalah usaha kerajinan perak daisy Logam yang berlokasi di Jl. Setrasari kulon VII no 42 Bandung yang memproduksi kerajinan perak khususnya perhiasan perak wanita. Partisipasi Mitra dalam kegiatan PKM ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Mitra PKM yaitu usaha kerajinan perak Xxxxx Xxxxx pada tahap pertama kegiatan PKM ini akan belajar bersama dengan Tim PKM Untar mengenai pentingnya strategi usaha dalam menjalankan suatu usaha meskipun masih berskala kecil agar kerajinan perak ini dapat berkembang di masa depan.
b. Mitra PKM usaha kerajinan perak Xxxxx Xxxxx bersama dengan tim PKM Untar akan belajar untuk mengenal kekuatan, kelemahan yang berasal dari internal usaha kerajinan perak Daisy Logam dengan memetakan setiap posisi internal yang diperoleh agar dapat diketahui posisi internal dari usaha kerajinan perak daisy logam.
c. Mitra PKM akan belajar mengenai peluang dan tantangan yang harus dihadapi dalam usaha kerajinan perak khususnya perhiasan perak wanita yang selalu mengalami perubahan dalam trend dan model.
d. Mitra PKM akan belajar bersama dengan Xxx PKM Untar untuk membuat strategi yang tepat dengan matrisk SWOT yang telah diperkenalkan sebelumnya oleh tim PKM Untar kepada mitra PKM.
e. Mitra PKM akan belajar untuk mengimplemenatsikan strategi pengembangan usaha kerajina perak dan memiliki respon yang cepat apabila terjadi perubahan internal dan esternal dalam pengelolaan usaha kerajinan perak.
3.3 Kepakaran dan Pembagian Tugas PKM
Xxx pengusul mempunyai kualifikasi sesuai dengan bidang yang menunjang keberhasilan sesuai target luaran, yaitu:
1. Xxxxxxxxx Xxxxxxxx, SE. MSi.Ak..CA mempunyai keahlian Akuntansi Keuangan, Akuntansi Manajemen, dan Manajemen Keuangan. Lulus S-1 Akuntansi
Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan S-2 Magister Akuntansi Universitas Trisakti Jakarta. Mempunyai pengalaman penelitian dalam bidang akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen dan aktif call paper di setiap seminar akuntansi yang diadakan Nasional maupun Internasional. Dalam PKM ini Xxx Xxxxxxxxx Xxxxxxxx bertugas sebagai Ketua PKM yang memiliki tugas untuk mengkoordinasi kegiatan PKM, survey lapangan dan membuat proposal, sebagai narasumber dalam kegiatan PKM serta membuat laporan PKM bersama-sama dengan anggota PKM lainnya.
2. Xxx. Xxxx Xxxxxxxx, MA mempunyai keahlian dalam ilmu ekonomi program studi Asia Tenggara, dari Universitas Ohio USA. Lulus S1 dari Universitas Indonesia Fisipol dan juga menempuh S1 Ekonomi jurusan manajemen Universitas Indonesia dan mengambil gelar MA dari Universitas Ohio Amerika. Beliau juga pernah mengajar pada Pelatihan Pengembangan Usaha Kecil dan Pengembangan Usaha Koperasi – Departemen Koperasi dan PPK bekerjasama dengan Lembaga Managemen Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia (LM FE UI). Memiliki keahlian dalam bidang Teori Ekonomi Mikro, Pengantar Ekonomi Pembangunan, Ekonomi Internasional dan Perekonomian Indonesia. Dalam PKM ini Xxxxx Xxxx Xxxxxxxx membantu ketua untuk menyusun proposal PKM, sebagai narasumber dan membuat laporan akhir kegiatan PKM bersama-sama dengan ketua tim.
3. Xxxxxx Xxxxx (NIM 125190251 ) seorang mahasiswa yang sedang menempuh studi S1 akuntansi angkatan 2019 yang membantu ketua panitia dalam mempersiapkan keperluan ketua tim dan anggota tim dosen lainnya dalam pelaksanaan kegiatan PKM secara daring.
BAB IV
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
4.1 Hasil dan Luaran yang Dicapai
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh tim PKM Untar secara daring melalui zom dan video call di tempat kerajinan perak Daisy Logam yang dimiliki oleh Ibu Desi Rusanita yang beralamat di Setrasari Kulon VII no 42, Kota Bandung, Jawa Barat dilakukan pada tgl 2-3 April 2021 dengan sangat antusias dan semangat yang luar biasa dari pemilik kerajinan perak Daisy Logam.
Kegiatan PKM yang dilakukan di tempat kerajinan perak Daisy logam ini dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahap pertama kegiatan PKM yang dilakukan oleh Xxx XXX Untar ini adalah dengan melakukan wawancara atau interview dengan ibu pemilik kerajinan perak daisy logam untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan dari usaha kerajinan perak yang dikelola oleh Ibu Xxxx. Ini dilakukan oleh Xxx PKM Untar agar tim PKM Untar dapat memetakan faktor internal yang dimiliki oleh kerajinan perak Xxxxx Xxxxx. Tahap kedua kegiatan PKM ini adalah dengan mencari informasi yang berkaitan dengan faktor eksternal dari usaha kerajinan perak, dan memberitahukan faktor eksternal ini kepada pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx. Kegiatan ini dilakukan agar pemilik usaha kerajinan perak ini dapat memahami perkembangan yang terjadi pada usaha kerajinan perak dan dapat memanfaatkan kesempatan yang ada dari faktor eksternal ini untuk mengembangkan usaha kerajinan perak serta mampu mengatasi tantangan yang ada dalam memajukan usaha kerajinan perak. Pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx seharusnya dapat mengetahui dan memahami faktor internal dan eksternal dari usaha yang ditekuninya agar dapat membuat rumusan strategi untuk pengembangan usaha kerajinan perak secara sederhana dan simpel sebelum membuat rumusan strategi yang lebih kompleks ynag digunakan untuk perencanaan jangka panjang pengembangan usaha kerajinan perak di masa depan.
Setelah tahap kedua dilakukan maka langkah selanjutnya adalah membuat rumusan strategi sederhana untuk pengembangan kerajinan perak dengan matriks SWOT yaitu Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang) dan Threatness (tantangan). Tim PKM Untar bersama sama dengan ibu Xxxx Xxxxxxxx selaku pemilik kerajinan perak membuat bersama-sama strategi pengembangan kerajinan perak.
Setelah strategi sederhana pengembangan kerajinan perak Xxxxx Logam ini dibuat dengan matriks SWOT, maka Tim PKM Untar akan memberikan pemahaman agar Ibu Xxxx sebagai pemilik kerajinan perak ini dapat mengevaluasi strategi yang telah dibuat setiap
periode. Jika ada faktor internal dan ekternal yang berubah, maka pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx dapat melakukan antisipasi strategi yang tepat agar kerajinan perak yang dimilikinya terus dapat berjalan dan tidak menghambat roda usahanya. Proses evaluasi dan respon yang yang baik dan cepat harus dilakukan pemilik kerajinan perak Daisy Logam sehingga strategi untuk pengembangan kerajinan perak selalu upto-date sesuai perkembangan lingkungan dan dunia usaha yang cepat berubah dan dinamis.
Pada Tahap awal kegiatan PKM ini dimana Tim PKM Untar akan melakukan wawancara dengan pemillik untuk medapatkan informasi tentang faktor internal dari usaha kerajinan perak Xxxxx Xxxxx, Tim PKM Untar akan memberikan transfer ilmu mengenai pengertian strategi usaha , manajemen usaha, serta strategik dengan matriks SWOT. Penjelasan berikut ini adalah beberapa informasi yang diberikan oleh TIM PKM Untar kepada pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx tentang strategi dan competitive strategy, pengertian value chain, kerangka analisis industri dan persaingan industry, strategi usaha dengan matriks SWOT yang diberikan melalui presentasi dan video. Pada penjelasan berikutnya akan dirangkum mengenai informasi internal dan eksternal usaha kerajinan perak Xxxxx Xxxxx.
4.1.1 Strategi dan Competititive Strategy
Teori Manajemen Strategi yang dikembangkan oleh Xxxxxx (1980) menjelaskan bahwa perusahaan yang dapat memenangkan persaingan adalah perusahaan yang memiliki minimal satu dari tiga strategi generik sebagai cost-leader, membuat diferensiasi dan memfokuskan pada pasar ceruk (niche market) tertentu. Strategi Generik Porter dengan strategi biaya rendah dan perbedaan produk dapat digunakan oleh perusahaan untuk dapat memiliki keunggulan bersaing (competitive advantage) dibandingkan para pesaingnya di semua pasar. Suatu perusahaan dapat memiliki keuanggulan bersaing jika perusahaan dapat melakukan beberapa kegiatan yang mempunyai nilai lebih untuk para pelanggan dibandingkan nilai yang dilakukan oleh para pesaing.
Competitive Strategy atau disebut juga Xxxxxx’x Five Forces memperkenalkan tiga jenis strategi generik yaitu strategi cost leadership, differentiation, dan strategi focus (gambar 4.1). Strategi cost leadership lebih memfokuskan perhatian pada pesaing daripada pelanggan. Strategi cost leadership menekankan pada harga jual yang murah kepada pembeli. Strategi ini diambil perusahaan dengan cara menekan biaya biaya produksi sehingga biaya produksi lebih murah. Strategi ini berusaha menghindari pengeluaran biaya penelitian dan pengembangan ( research and development) yang besar dan biaya promosi. Perusahaan meniru atau meng-copy produk yang telah dikembangkan perusahaan lain dengan tujuan untuk mengurangi biaya riset.
Strategi differentiation memiliki tujuan membangun persepsi pembeli terhadap suatu produk dari sisi desain produk, keunggulan kualitas, teknologi, jaringan distribusi, bahan dan pelayanan. Perusahaan dapat membuat produk yang lebih baik dan unggul dibandingkan produk pesaingnya dan menaikkan harga jual untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Perbedaan harga yang tinggi menjadi satu ciri dari produk yang menjadi persepsi tersendiri bagi konsumen. Jika pada satu saat tertentu perusahaan menurunkan harga produk yang telah memiliki persepsi tersendiri bagi konsumen maka konsumen dapat meragukan mutu dan kualitas produk tersebut.
Strategi Fokus digunakan perusahaan yang bertujuan agar dapat menghindari konfrontasi langsung dengan para perusahaan pesaingnya. Perusahaan melakukan konsentrasi pada pasar yang lebih kecil (niches) untuk menghindari konfrontasi tersebut. Strategi ini memiliki prinsip dasar low cost (strategi Kepemimpinan Biaya) atau diferensiasi untuk melayani pasar tertentu dengan lebih baik dari pesaing.
Gambar 4.1 Tiga Strategi Generik
4.1.2 Persyaratan Competititive Strategy
Perusahaan harus memiliki persyaratan tertentu agar dapat menerapkan strategi generik seperti yang diungkapkan oleh Xxxxxx yang terbagi menjadi dua yaitu keahlian dan sumber daya yang dibutuhkan serta persyaratan organisasi (Tabel 4.1). Pada saat perusahaan menggunakan strategi cost leadership maka keahlian dan sumber daya yang dibutuhkan adalah investasi modal yang berkesinambungan dan akses ke modal, keahlian rekayasa proses serta kemudahan dalam merancang produk. Xxxxxxxx cost leadership membutuhkan persyaratan dalam hal pengendalian biaya yang ketat, laporan pengendalian yang detail dan terinci serta organisasai perusahaan dan tanggung jawab yang terstruktur.
Strategi diferensiasi membutuhkan keahlian dan sumber daya berupa kemampuan pemasaran yang tangguh, serta reputasi perusahaan dalam hal kualitas dan teknologi. Strategi diferensiasi membutuhkan persyaratan bahwa perusahaan harus memiliki ketrampilan tinggi dan kreatif serta kemampuan pengembangan produk dan pemasaran.
Staregi Fokus membutuhkan keahlian dan sumber daya yang berupa kombinasi dari strategi cost leadership dan diferensiasi. Persyaratan organisasi yang dibutuhkan oleh perusahaan yang menggunakan stratgei fokus juga kombinasi dari strategi cost leadership dan diferensiasi.
Tabel 4.1 Persyaratan Strategi Generik
Strategi Generik | Keahlian dan Sumber Daya yang Dibutuhkan | Persyaratan Organisasi |
Cost Leadership | Investasi modal yang | Pengendalian biaya yang ketat, |
berkesinambungan dan akses ke | Laporan pengendalian yang detail | |
modal | dan terinci | |
Keahlian rekayasa proses | Organisasai perusahaan dan | |
Kemudahan dalam merancang | tanggung jawab yang terstruktur. | |
produk. | ||
Differentiation | Kemampuan pemasaran yang tangguh Peputasi perusahaan dalam hal kualitas dan teknologi. | Ketrampilan tinggi dan kreatif Kemampuan pengembangan produk dan pemasaran. |
Focus | Kombinasi dari Hal-hal Di atas |
4.1.3 Definisi Value Chain
Value Chain (Porter, 1985) menjelaskan terjadinya proses penciptaan value dalam perusahaan melalui suatu aktivitas utama yang diikuti aktivitas pendukung. Aktivitas utama atau aktivitas primer adalah serangkaian aktivitas yang dimulai dari aktivitas penciptaan fisik produk sampai pada aktivitas penjualan, penyampaian produk kepada konsumen, dan pelayanan purna jual. Aktivitas pendukung adalah aktivitas yang mendukung aktivitas utama
/primer dan mendukung keseluruhan rantai.
Aktivitas utama (primer) terdiri dari inbound logistic, operasi, outbound Logistic, pemasaran/pemjualan, dan pelayanan. Inbound logistic adalah aktivitas yang berhubungan dengan penerimaan, penyimpanan, dan penyebaran input ke produk, seperti penanganan material, pergudangan, pengendalian persediaan, penjadwalan kendaraan pengangkut, dan pengembalian barang kepada pemasok. Aktivitas operasi adalah aktivitas yang berkaitan dengan transformasi input menjadi produk akhir, seperti permesinan, pengemasan, perakitan, pemeliharaan alat-alat, pengujian, pencetakan, dan pengoperasian fasilitas. Outbound logistic adalah aktivitas yang berkaitan dengan aktivitas pengumpulan, penyimpanan, pendistribusian fisik produk kepada konsumen seperti pergudangan barang jadi, penanganan material, operasi kendaraan pengirim, pengolahan pesanan, dan penjadwalan. Pemasaran dan penjualan adalah aktivitas yang menyangkut sarana dimana konsumen dapat membeli produk dan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli produk seperti periklanan,
promosi, wiraniaga, penentuan kuota, pemilihan penyalur, hubungan dengan penyalur, dan penetapan harga. Pelayanan adalah aktivitas yang menyangkut penyediaan layanan untuk memperkuat atau menjaga nilai produk yang dijual seperti aktivitas pemasangan, perbaikan, pelatihan, pasokan suku cadang, dan penyesuaian produk. (Gambar 4.2)
Aktivitas pendukung adalah semua aktivitas yang mendukung aktivitas utama yang terdiri dari pengadaan (procurement), pengembangan teknologi, manajemen sumber daya manusia, dan infrastruktur perusahaan. Pengadaan (Procurement) adalah aktivitas yang berkaitan dengan fungsi pembelian input yang digunakan pada rantai nilai perusahaan, bukan pada input yang dibeli. Pengembangan teknologi adalah aktivitas yang mendukung teknologi berupa pengetahuan prosedur, atau teknologi yang melekat dalam peralatan proses mulai dari teknologi yang digunakan dalam menyiapkan dokumen dan mengangkut barang sampai teknologi yang terlekat dalam produk yang dihasilkan. Manajemen sumber daya manusia adalah beberapa aktivitas meliputi perekrutan, penerimaan, pelatihan dan pengembangan, serta kompensasi bagi tenaga kerja. Infrastruktur perusahaan adalah aktivitas yang terdiri dari manajemen umum, perencanaan, keuangan, akuntasi, hukum, hubungan dengan pemerintah dan manajemen mutu.
Gambar 4.2 Generic Value Chain
4.1.4 Kerangka Analisis Industri dan Pengembangan Industri
Kerangka analisis industri dan pengembangan industry terbagi menjadi lima kekuatan yang terdiri dari persaingan (rivalries within industry), pendatang baru (entry barrier), kekuatan pemasok (supplier power), kekuatan konsumen ( buyer power), dan produk pengganti (threat of substitutes). Kekuatan pertama yaitu persaingan menjelaskan posisi persaingan perusahaan yang menjadi pemain kunci dalam industri yang akan dimasuki oleh perusahaan. Pendatang baru (entry barrier) menjelaskan tingkat kesulitan untuk masuk dalam industri tertentu. Kekuatan pemasok (supplier power) menjelaskan kekuatan pengendalian pemasok
bahan baku yang dikendalikan oleh pemasok-pemasok besar. Kekuatan konsumen ( buyer power) menjelaskan tentang kekuatan konsumen yang dapat menekan produsen. Produk pengganti menjelaskan adanya kekuatan produk pengganti yang dapat mengancam perusahaan.
Perusahaan pada saat masuk dalam satu industri harus melihat perusahaan lain yang ada dalam satu industri yang sama. Perusahaan harus berhati-hati menentukan pesaing terdekat, terjauh dan yang bukan pesaing. Hal ini harus diperhatikan perusahaan agar dapat menentukan strategi persaingan yang tepat.
Pendatang baru yang masuk dalam industri yang sama dengan perusahaan harus menjadi perhatian dari manajemen perusahaan. Perusahaan harus memperhatikan pemain baru tersebut karena pemain baru tersebut dapat menjadi besar dan menjadi pesaing utama perusahaan yang dapat merebut pangsa pasar perusahaan. Perusahaan harus dapat mengenali potensi pesaing dari pemain baru tersebut.
Perusahaan harus memperhatikan kekuatan dari pemasok bahan baku yang dibutuhkan perusahaan dalam industri. Perusahaan sangat tergantung pada supplier bahan baku yang dikendalikan oleh beberapa pemain besar. Perusahaan sebagai produsen barang tertentu tidak dapat melakukan apa-apa jika harga bahan baku mengalami kenaikan. Jika bahan baku yang dibutuhkan perusahaan jumlahnya sangat sedikit di pasar dan hanya dipasok oleh pemasok tertentu, maka pemasok memiliki kekuatan yang besar untuk mendesak perusahaan. Namun jika perusahaan menjadi pemakai atau konsumen yang terbesar dari bahan baku yang dipasok oleh pemasok, maka perusahaan dapat memiliki kekuatan yang besar untuk mendesak pemasok tersebur. Perusahaan hendaknya dapat menjalin kerjasama yang baik dengan pemasok sehingga terjalin hubungan yang saling menguntungkan.
Perusahaan harus mempertimbangkan kekuatan konsumen pada saat menjual produk. Pada saat terjadi persaingan yang sempurna, dimana banyak perusahaan yang menjual produk yang sama, maka konsumen memiliki kekuatan yang besar untuk memilih produk yang dihasilkan oleh satu perusahaan. Perusahaan masing-masing memiliki pasar sasaran yang berbeda, dan konsumen yang berbeda.
Perusahaan harus memperhatikan produk pengganti /substitusi yang ada dalam satu industri yang sama dengan perusahaan. Perusahaan harus dapat menentukan kekuatan ancaman yang datang dari produk pengganti. Jika perusahaan menjual produk pada segmen pasar yang unik, di mana konsumen tidak dapat berpindah dengan mudah ke segmen pasar yang lain, maka ancaman tersebut tidak berarti bagi perusahaan.
4.1.5 Strategi Pengembangan Kerajinan perak Daisy Logam
Untuk menentukan strategi pengembangan industri kerajinan perak Daisy Logam di Bandung dengan matriks SWOT terlebih dahulu akan dilakukan identifikasi faktor-faktor internal dan ekternal yang ada di usaha kerajinan perak Daisy Logam seperti yang ada di Tabel
4.2 berikut ini
Tabel 4.2 Faktor-Faktor Strategi Penentu Kinerja Kerajinan Perak Xxxxx Xxxxx
No | Faktor Internal | No | Faktor Eksternal |
1 | Sumber daya manusia | 1 | Pasar/pelanggan |
a. Kreatifitas pengrajin perak | a. Konsumen Lokal Bandung | ||
b. Ketrampilan pengrajin perak | b. Konsumen domestik | ||
c. Pendidikan Pengrajin perak | c. Konsumen Manca negara | ||
d. Ketersediaan pengrajin perak yang kompeten | 2 | Penyedia Bahan perak | |
e. Kompensasi pengrajin | a. Ketersediaan bahan baku | ||
2 | Produksi | b. Kualitas bahan baku | |
a. Peralatan produksi | c. Harga bahan baku | ||
b. Inovasi proses produksi | d. Ketersediaan bahan overhead | ||
c. Biaya produksi | 3 | Pesaing | |
d. Kualitas produk | a. Produk pesaing | ||
e. Disain produk | b. Kualitas produk pesaing | ||
f. Penelitian dan pengembangan produk | c. Produk substitusi | ||
3 | Pemasaran | d. Harga produk pesaing | |
a. Pengetahuan pasar | e. Teknologi pemasaran pesaing | ||
b. Keunikan produk | 4 | Kondisi ekonomi | |
c. Branding produk | a. Daya beli masyarakat | ||
d. Harga pokok | b. Krisis ekonomi | ||
e. Pemasaran konvensional | c. Tingkat inflasi | ||
f. Pemasaran online | 5 | Perkembangan teknologi informasi | |
g. Diskon penjualan | a. Perkembangan teknologi informasi | ||
dan komunikasi | |||
h. Promosi penjualan | b. Perkembangan teknologi proses | ||
produksi |
4 Keuangan c. Perkembangan teknologi
a. Perencanaan dan anggaran keuangan
b. Pengelolaan keuangan
c. Sistem pencatatan keuangan
d. Perhitungan harga pokok penjualan
e. Laporan keuangan
pemasaran
Setelah dilakukan identifikasi maka selanjutnya adalah memberikan pembobotan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan kinerja kerajinan perak Xxxxx Xxxxx. Total nilai pembobotan untuk komponen strategis internal dan ekternal adalah masing- masing 1,00. Penilaian dilakukan dengan skala likert dengan menggunakan 4 skala yaitu 4=sangat baik, 3= baik, 2=cukup, 1=kurang. Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai / interval yang untuk menentukan posisi lingkungan internal kekuatan dan kelemahan serta eksternal peluang dan ancaman. Rumus untuk menentukan interval adalah perbandingan antara rentang nilai dengan kelas sehingga diperoleh nilai interval sebesar ¾ atau 0,75. Nilai cut point dihitung dengan rumus total nilai dibagi dengan kelas, sehingga diperoleh kondisi cut point
adalah 10/4 atau 2,5. Dari hasil cut point sebesar 2,5 ini dapat disimpulkan bahwa jika di atas 2, 5 merupakan kekuatan dan peluang,sedangkan nilai 2,5 ke bawah berarti kelemahan dan ancaman . Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka kriteria yang digunkan untuk menganalisis kondisi kerajinan perak Xxxxx Xxxxx adalah pada Tabel 3 sebagai berikut
Tabel 4.3 Kriteria Hasil Analisis
Nilai | Rentang Nilai | Kriteria | Internal | Eksternal |
4 | 3.26-4,00 | Sangat Baik | Kekuatan | Peluang |
3 | 2,51-3,25 | Baik | Kekuatan | Peluang |
2 | 1,76-2,50 | Cukup | Kelemahan | Ancaman |
1 | 1,00-1,75 | Kurang | Kelemahan | Ancaman |
Berikut ini adalah hasil rangkuman pengolahan jawaban dari hasil jawaban pemilik kerajinan Daisy Logam terhadap faktor strategis internal (Tabel 4) dan faktor eksternal (Tabel 5)
Tabel 4.4 Internal Factor Analysis Summary(IFAS)
No | Indikator variabel Internal | Bobot | Rating | Skor Bobot | Strength/ Weakness |
1 | Sumber daya manusia | ||||
a. Kreatifitas pengrajin perak | 0,20 | 4 | 0,8 | S | |
b. Ketrampilan pengrajin perak | 0,20 | 4 | 0,8 | S | |
c. Pendidikan Pengrajin perak | 0,20 | 2 | 0,4 | W | |
d. Ketersediaan pengrajin perak yang kompeten | 0,20 | 3 | 0,6 | S | |
e. Kompensasi pengrajin | 0,2 | 3 | 0,6 | S | |
3,2 | S | ||||
2 | Produksi | ||||
a. Peralatan produksi | 0,17 | 2 | 0,34 | W | |
b. Inovasi proses produksi | 0,17 | 3 | 0,51 | S | |
c. Biaya produksi | 0,16 | 2 | 0,32 | W | |
d. Kualitas produk | 0,17 | 3 | 0,51 | S | |
e. Disain produk | 0,17 | 4 | 0,68 | S | |
f. Penelitian dan pengembangan produk | 0,16 | 3 | 0,51 | S | |
2,87 | S | ||||
3 | Pemasaran | ||||
a. Pengetahuan pasar | 0,12 | 2 | 0,24 | W | |
b. Keunikan produk | 0,13 | 3 | 0,39 | S | |
c. Branding produk | 0,13 | 3 | 0,39 | S | |
d. Harga pokok | 0,12 | 2 | 0,24 | W | |
e. Pemasaran konvensional | 0,12 | 2 | 0,24 | W | |
f. Pemasaran online | 0,13 | 3 | 0,39 | S | |
g. Diskon penjualan | 0,13 | 2 | 0,26 | W | |
h. Promosi penjualan | 0,12 | 2 | 0,24 | W | |
2,39 | W | ||||
4 | Keuangan | ||||
a. Perencanaan dan anggaran keuangan | 0,2 | 2 | 0,4 | W | |
b. Pengelolaan keuangan | 0,2 | 2 | 0,4 | W | |
c. Sistem pencatatan keuangan | 0,2 | 2 | 0,4 | W | |
d. Perhitungan harga pokok penjualan | 0,2 | 2 | 0,4 | W | |
e. Laporan keuangan | 0,2 | 2 | 0,4 | W | |
2 | W | ||||
Kondisi Faktor Internal keseluruhan | 2,62 | S |
Tabel 4.5 External Factor Analysis Summary(EFAS)
No | Indikator variabel Internal | Bobot | Rating | Skor Bobot | Opportunity/ Threat | |
1 | Pasar/pelanggan a. Konsumen Lokal Bandung | 0,33 | 3 | 0,99 | O | |
b. Konsumen domestik | 0,34 | 4 | 1,36 | O | ||
c. Konsumen Manca negara | 0,33 | 1 | 0,33 | T | ||
2,68 | O | |||||
2 | Penyedia Bahan perak a. Ketersediaan bahan baku | 0,26 | 4 | 1,04 | O | |
b. Kualitas bahan baku | 0,26 | 4 | 1,04 | O | ||
c. Harga bahan baku | 0,24 | 3 | 0,72 | O | ||
d. Ketersediaan bahan overhead | 0,24 | 2 | 0,48 | T | ||
3,28 | O | |||||
3 | Pesaing a. Produk pesaing | 0,21 | 2 | 0,42 | T | |
b. Kualitas produk pesaing | 0,21 | 2 | 0,42 | T | ||
c. Produk substitusi | 0,19 | 2 | 0,38 | T | ||
d. Harga produk pesaing | 0,19 | 2 | 0,38 | T | ||
e. Teknologi pemasaran pesaing | 0,20 | 2 | 0,40 | T | ||
2 | T | |||||
4 | Kondisi ekonomi a. Daya beli masyarakat | 0,34 | 2 | 0,68 | T | |
b. Krisis ekonomi | 0,33 | 2 | 0,66 | T | ||
c. Tingkat inflasi | 0,33 | 2 | 0,66 | T | ||
2 | ||||||
5 | Perkembangan teknologi informasi a. Perkembangan teknologi informasi | dan | 0,34 | 3 | 1,02 | O |
komunikasi | ||||||
b. Perkembangan teknologi proses produksi | 0,33 | 2 | 0,66 | T | ||
c. Perkembangan teknologi pemasaran | 0,33 | 2 | 0,66 | T | ||
2,34 | T | |||||
Kondisi Faktor Eksternal keseluruhan | 2,46 | T |
Berdasarkan hasil matrik faktor internal dan faktor eksternal menunjukkan bahwa nilai rata-rata tertimbang IFAS kerajinan perak Daisy Logam sebesar 2,62 dan nilai rata-rata tertimbang EFAS sebesar 2,46. Kondisi ini menunjukkan bahwa kerajinan perak Xxxxx Xxxxx berada di Posisi A yang berarti produk kerajinan perak Xxxxx Xxxxx mempunyai daya saing katagori sedang dan daya tarik katagori sedang. Adapun gambar matrik IE adalah sebagai berikut:
Gambar 4.3 Posisi Strategik Kerajinan Perak Daisy Logam
Pada posisi strategik yang dimiliki oleh kerajinan Xxxxx Xxxxx, pemilik kerajinan perak Daisy logam dapat menerapkan beberapa strategi yaitu
a. Strategi Penguatan usaha. Strategi ini adalah berupa pengembangan, pelatihan dan pembinaan serta pengelolaan manajemen usaha dari kerajinan perak Xxxxx Xxxxx, di mana pengrajin yang membuat kerajinan perak dapat menghasilkan perhiasan perak yang lebih baik mutunya dengan desain yang lebih unik dan variatif. Pembenahan manajemen usaha perlu dilakukan khususnya dalam manajemen keuangan serta pencatatan transaksi usaha yang belum dibuat secara teratur dan sistematis. Ini perlu dilakukan agar kerajinan perak Daisy Logam memiliki pencatatan yang teratur sehingga depat membuat laporan keuangan.
b. Strategi Diversifikasi produk. Kerajinan perak Daisy Logam dapat membuat diversifikasi produk yang beragam agar dapat menjangkau konsumen yang lebih luas dengan membuat kerajinan perak yang lain dengan modifikasi batuan yang terjangkau harganya.
c. Strategi penetrasi pasar. Kerajinan perak daisy Logam dapat melakukan penetrasi pasar dengan melakukan promosi penjualan atau memberikan diskon pada konsumen yang ingin dibuatkan perhiasan dari perak sehingga dapat mencari pasar baru yang lebih besar.
d. Strategi Pertumbuhan stabilitas. Kerajinan perak xxxxx Xxxxx harus dapat mempertahankan kondisi saat ini yang telah dicapai supaya tidak bertambah buruk dengan menjalin kerjasama yang lebih baik dengan pemasok batu-batuan serta mempertahankan konsumen yang sudah ada saat ini agar dapat melakukan pembelian kembali terhadap produk kerajinan perak yang dihasilkan.
Hasil dari kegiatan PKM ini adalah menghasilkan rumusan strategi bagi pengembangan kerajinan perak Daisy Logam dengan matriks SWOT yang dapat diimplementasikan dan dievaluasi serta diperbarui sesuai dengan dinamika perubahan faktor internal maupun eksternal pada usaha kerajinan perak.
4.2 Luaran yang Dicapai
Kegiatan PKM yang dilakukan oleh Tim PKM Untar ini akan menghasilkan luaran wajib berupa publikasi kegiatan PKM pada seminar serina yang telah diselenggarakan oleh LPPM Universitas Tarumanagara pada tanggal 28-29 April dan luaran tambahan berupa video pembelajaran tentang Manajemen Strategi Xxxxxxx X. Porter
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kegiatan PKM yang dilakukan oleh Tim PKM Untar ke mitra PKM yaitu Kerajinan Perak Daisy Logam yang beralamat di Jalan Setrasari kulon VII no 42, Bandung ini dapat berjalan dengan baik, lancar dan sukses. Kegiatan PKM yang dilakukan oleh Xxx PKM Untar ini dengan memberikan pelatihan dan pengenalan mengenai Strategi Pengembangan UMKM dengan Matriks SWOT ini mendapatkan apresiasi dan tanggapan yang positif dari pemilik Kerajinan Perak Xxxxx Xxxxx. UMKM Batik Gumregah. Ini terbukti selama kegiatan PKM melalui daring ini banyak pertanyaan yang diajukan oleh pemilik UMKM.
Kegiatan PKM ini bermanfaat bagi kerajinan usaha perak Xxxxx Xxxxx untuk mengenal faktor internal dan eksternal yang ada pada usaha kerajinan perak. Pengenalan faktor internal dan eksternal ini dapat memberikan arahan dan petunjuk dalam membuat strategi pengembangan usaha yang berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi oleh kerajinan perak Xxxxx Xxxxx. Dengan memperhatikan posisi strategis yang telah dicapai oleh kerajinan perak Xxxxx Xxxxx ini dapat dibuat strategi yang dapat diimplementasikan oleh pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx.
Posisi strategis ini harus dapat dipertahankan dengan melakukan pembenahan baik dari sisi tenaga kerja yaitu pengrajin kerajinan perak yang bekerja di kerajinan perak Daisy logam untuk dapat menghasilkan kerajinan perak yang lebih variatif dan memiliki ciri khas tertentu. Ciri khas tertentu kerajinan perak ini dapat mengingatkan konsumen terhadap label atau merek kerajinan perak daisy Logam sehingga dapat membeli kembali produk yang dihasilkan. Pembenahan manajemen keuangan juga harus cepat dilakukan sehingga tidak mengganggu likuiditas usaha dari kerajina perak Xxxxx Xxxxx. Keberlanjutan dari hasil PKM ini pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx dapat membuat strategi dan mengevaluasi kembali strategi yang digunakan untuk pengembangan usahanya sehingga dapat meningkatkan pendapatan usaha dari kerajinan perak yang dikeloanya.
DAFTAR PUSTAKA
Xxxxx, Xxxx X. (2013). Strategic Management: A Competitive Advantage Approach, Concepts, 14th Edition, Xxxxxxx Education
Xxxxxxxxxx, X., Xxxx, X., & Xxxxxxxx-Xxxx, M. (2011). Swot Methodology: A State of the Art Review for the Past, a Framework for the Future. Journal of Business Economics and Management, vol 12 (1),24-48
Maemonah, S. (2015). Strategi Pengembangan Industri Kecil Gula Aren Di Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal. Economics Development Analysis Journal, 4(4), 414– 426.
Xxx Xxxxxx, M. R. (2017). Analisis Swot Untuk Menentukan Strategi Kompetitif Pada Pd. Bpr. Bank Daerah Lamongan. Ekonika : Jurnal Ekonomi Universitas Kadiri vol 2, No 1,40-56
Xxxxxx, X. X. (1980). Competitive Strategy: Techniques for Analyzing Industries and Competitors: First Free Press Edition 1980; ISBN 0-684-84148-7.
Porter. E. M & Xxxxxx. E. M. (1985). How Information Gives You Competitive Adventage.
Harvard Business Review.
Xxxxx, X. X. (2014). Pengaruh Kualitas Layanan dan Kualitas Produk Terhadap Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Kosnumen Restoran Happy Garden. Jurnal Manajemen Xxxxxxxxx Xxx.0, Xx. 0, 0-0
Xxxxxxxx.(0000). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Zuhri, S. (2013). Analisis Pengembangan Usaha Kecil home Industri Sangkar Ayam Dalam Rangka Pengentasan Kemiskinan. Manajemen Xxx Xxxxxxxxx.
xxxxx://xx.xxxxxxxxx.xxx › wiki › Perak
https:// xxx.xxxxxxxxx00.xxx/xxxxx-xxxxx-xxxxxxxxx-xxxxx-xxxxxxxxxxx-xxxx-xxxxxxxxx.xxx
LAMPIRAN I
Personalia Tenaga Pelaksana Beserta Kualifikasinya
A. Identitas Diri Ketua Pengusul
1 | Nama Lengkap | Xxxxxxxxx Xxxxxxxx, SE., MSi., Ak., CA |
2 | Jabatan Fungsional | Lektor |
3 | Jabatan Struktural | ----------- |
4 | NIP/NIK/Identitas Lainnya | 10101017 |
5 | NIDN | 0302107101 |
6 | Tempat dan Tanggal Lahir | Cirebon, 2 Oktober 1971 |
7 | Alamat Rumah | Sukajaya I Gg. Buntu no 5 Jelambar Baru Jakarta Barat 11460 |
8 | No Telpon/Faks/Hp | 087781510826/08129986526 |
9 | Alamat Kantor | Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara Xx. Xxxxxxx Xxxxx Xxxxx xx 0, Xxxxxxx Xxxxx 00000 |
10 | No. Telpon /Faks | 021-5655508 ext 1128 |
11 | Alamat Email | |
12 | Lulusan yang telah Dihasilkan | S1 = orang |
13 | Mata Kuliah yang Diampu | 1. Pengantar Akuntansi I dan II |
2. Akuntansi Keuangan Menengah I dan II | ||
3. Xxxxxxxxx Xxxxxxxxx | ||
0. Metodologi Penelitian |
B. Riwayat Pendidikan
S-1 | S-2 | S-3 | |||
Nama Tinggi | Perguruan | UGM Yogyakarta | Universitas Trisakti | ||
Bidang Ilmu | Ekonomi-Akuntansi | Ekonomi Akuntansi | |||
Tahun Masuk-Lulus | 1992-1996 | 2006-2011 | |||
Judul | Analisis | Empiris | Pengaruh Intellectual | ||
Skripsi/Thesis/ | Pengumuman | Dividen | Capital Terhadap | ||
Disertasi | Terhadap Return | Saham | Profitabilitas, | ||
Produktivitas, dan |
perusahaan Yang Go Publik di BEJ | Market Value Terhadap Perusahaan Knowledge Based Yang terdaftar di BEI Tahun 2005-2008 | ||
Nama Pembimbing/ Promotor | Mas’ud Maechfoedz, Phd | Alm. Xxxx. Xxxxxx Xxxxxx Xxxxxxx, Phd. MSc. Xx. Xxxxx Xxxxxx,MM. |
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
No | Tahun | Judul Penelitian | Pendanaan | |
Sumber* | Jumlah ( juta Xxxxxx) | |||
0 | 0000 | Xxxxxxxx Asimetri Informasi, Kinerja Masa Kini Xxx Xxxxxxx Masa Depan Terhadap Manajemen Laba ( Ketua Peneliti) | Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah XXXXX | 0 |
0 | 0000 | Xxxxxxxx Xxxxxxxxxxxx Laporan Keuangan dan Asimetri Informasi terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Go Public di BEI Tahun 2006-2008( Ketua Peneliti) | Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah UNTAR | 3,758 |
3 | 2012 | Intellectual Capital dan Business Performance Pada Perusahaan Knowledge Based dengan Model Diamond | Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah UNTAR | 7,5 |
4 | 2012 | Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas, Produktivitas, dan Penilaian Pasar pada Perusahaan yang Go Public di Indonesia pada Tahun 2005- 2007 | Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah XXXXX | 0 |
0 | 0000 | Xxxxxxxx Xxxxxxxx Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Sektor Keuangan Yang Tercatat di | Lembaga Penelitian dan | 5 |
BEI Pada Tahun 2007-2010( Anggota Peneliti) | Publikasi Ilmiah UNTAR | |||
6 | 2013 | Investigasi Model Pecking OrderTheory dan Static Order Trade Off pada Perusahaan Property dan Real Estate ( Ketua Peneliti) | Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah XXXXX | 0 |
0 | 0000 | Xxxxxxxxxxx Xxxxxxxx Model Pengukuran Earning Management Terhadap Cost of Equity Capital Pada Perusahaan Knowledge Based( Ketua Peneliti) | Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah UNTAR | 7 |
8 | 2013 | Pengujian Environmental Performance Terhadap Economic Performance Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI (Anggota Peneliti) | Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah XXXXX | 0 |
0 | 0000 | Xxxxxxxxxxx Xxxxxxxx Environmental Performance dan Political Visibility Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure ( Penelitian Bersama Xxxxxxx Xxxxxxxx) | Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah XXXXX | 0 |
00 | 0000 | Xxxxxxxx Xxxxxxxxxx Risiko Likuiditas dan Struktur Modal Terhadap Kinerja Modal Bank (Ketua Penelitian) | Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah XXXXX | 0 |
00 | 0000 | Xxxxxxxx Intellectual capital Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Knowledge Based Yang Terdaftar Di BEI (ketua peneliti) | Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah XXXXX | 0 |
00 | 0000 | Xxxxxxxx Locus Of Control Terhadap Strategi Operasional dan Kinerja UMKM Di Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara dengan Lingkungan Sebagai Variabel Moderator (anggota peneliti) | Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah UNTAR | 12 |
13 | 2015 | Pengaruh Budaya Organisasi dan Strategi Sumber daya Manusia Terhadap Orientasi Kewirausahaan Serta Dampaknya Terhadap Keunggulan Bersaing Usaha Mikro Kecil Menengah kota Kendari (anggota peneliti) | Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah XXXXX | 0 |
00 | 0000 | Xxxxxxxx Xxxxxx-Xxxxxx Intellectual Capital Terhadap Kualitas Laba (ketua peneliti) | Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah UNTAR | 7,5 |
15 | 2015 | Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Sektor Keuangan Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2007-2010 ( Penelitian bersama Xxxx Xxx Xxxxxxx). | Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah XXXXX | 0 |
00 | 0000 | Xxxxxxxx Accounting Conservatism, Debt Contracts, Firm Size dan Profitabilitas Terhadap Earnings Management (ketua peneliti) | Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah UNTAR | 10 |
17 | 2017 | Pengaruh Konservatisme Akuntansi, Leverage, Cash Flowdan Growth Opportunities | Mandiri |
terhadap Corporate Investment (penelitian bersama Xxxxx Xxxxxxxx) | ||||
18 | 2017 | What Do the Effect on Corporate Investment? Empirical Research in Indonesia | Mandiri | |
19 | 2017 | Analysis of Earnings and Corporate Responses: An Empirical Study for Xxxxxxxxx | Xxxxxxx | |
00 | 0000 | Xxxxxxxxxx Earnings Quality (penelitian bersama Nada) | Mandiri | |
21 | 2018 | Analysis CSR And Environmental Performance Report On Financial Performance: An Empirical Study For PROPER Ranking Manufacturing In Indonesia(penelitian bersama xxxxxx Xxxxxx dan Jesica) | Mandiri | |
22 | 2019 | Determinan Risk Disclosure pada Perbankan di Indonesia | DPPM | 13 |
23 | 2019 | TQM, Entrepreneurial Orientation, Innovation and Organizational Performance at Indonesian Palm Oil Industries ( Proceeding TICASH Untar, 27-28 Juni 2019, Jakarta) | Mandiri | |
24 | 2019 | Faktor-Xxxxxx Xxxx Mempengaruhi Firm Investment Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi A Xxxxxxx, R Xxxxxxxx Jurnal Xxxxxxxxx Xxxxxxxxx 0 (3), 2019, hal.: 730-737 | Mandiri |
25 | 2019 | Faktor-Xxxxxx Xxxx Mempengaruhi corporate Cash Holding Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia I Kurniawan, R Xxxxxxxx Jurnal Xxxxxxxxx Xxxxxxxxx 0 (2),2019, hal.: 408-415 | Xxxxxxx | |
00 | 0000 | Xxxxxxxx Total Quality Management Dan Entrepreneurial Orientation Terhadap Organizational Performance Dimediasi Innovation MA Xxxxxxx, R Xxxxxxxx Jurnal Xxxxxxxxx Xxxxxxxxx 0 (4),2019 hal.: 1380-1388 | Xxxxxxx | |
00 | 0000 | Xxxxxx-Xxxxxx yang Mempengaruhi Pengungkapan Risiko Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei J Meilody, R Xxxxxxxx Jurnal Xxxxxxxxx Xxxxxxxxx 0 (2),2019, hal.: 201-209 | Mandiri |
D. Pengalaman Pengabdian Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir
No | Tahun | Judul Pengabdian Kepada Masyrakat | Pendanaan | |
Sumber* | Jumlah (juta Rupiah) | |||
0 | 0000- 0000 | Pengawas Independen Ujian Akhir Nasional Tingkat SMA Wilayah Jakarta Barat | Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat dan Ventura UNTAR | Tiap tahun rata-rata 1 |
2 | 2014 | Program Pelatihan Pembukuan Sederhana Bagi UMKM Batik Di Surakarta | Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat dan Ventura UNTAR | 8,283 |
3 | 2015 | Pengembangan dan Pelatihan Akuntansi Serta Potensi Kewirausahaan Bagi UMKM di Kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara | Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat dan Ventura XXXXX | 00 |
0 | 0000 | Xxxxxxxxx Xxxxxxxxxxxxx dan Pengelolaan Keuangan UMKM Sepatu di Jakarta Timur | Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat dan Ventura UNTAR | 7,5 |
5 | 2016 | Iptek bagi Masyarakat (IbM) Penetapan harga Pokok Produk, Pengelolaan Usaha dan Keuangan Kerajinan Decoupage Bagi UMKM Adinka Sew & Craft di Tangerang | Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat dan Ventura UNTAR | 7 |
6 | 2017 | Penerapan Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan Tahu dan Manajemen Usaha Pabrik Tahu Barokah | Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) Xxxxx | 0 |
0 | 0000 | Xxxxxxxxxxx Xxxxxxxx untuk Pengembangan Usaha Mikro Kecil Tahu Barokah | Direktorat Penelitian dan Pengabdian | 9,1 |
Masyarakat (DPPM) Untar | ||||
8 | 2017 | Strategi SWOT Untuk Pengembangan Usaha Sepatu dan Sandal UMKM Batik Sesawi | Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) Untar | 6,8 |
9 | 2018 | Penetapan Harga Pokok Produksi Batik Tulis Usaha Batik Gumregah | Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) Untar | 8 |
10 | 2018 | Strategi Pengembangan Usaha Pengrajin Aksesoris Wanita Yunikua by Xxxx | 9 | |
11 | 2019 | Strategi Pengembangan Usaha Kerajinan Home Industries Decoupage di Tangerang | Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) Untar | 8,5 |
13 | 2019 | Aplikasi Excell untuk Akuntansi Sederhana Usaha Kerajinan Aksesoris Yunikua By Xxxx | DPPM | 10 |
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir
No | Tahun | Judul Artikel Ilmiah | Pendanaan | |
Sumber* | Jumlah ( juta Xxxxxx) | |||
0 | 0000 | Xxxxxxxx Informasi Asimetri, Kinerja Masa Kini Xxx Xxxxxxx Masa Depan Terhadap Earning Management Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public dari | Mandiri |
tahun 2006-2008(telah dipublikasi di Jurnal Akuntansi FE Untar, TH. XVI /02/ MEI / 2012 , ISSN: 1410-3591, hal 262-279 ) | ||||
2 | 2012 | Pengaruh Informasi Asimetri, Kinerja Masa Kini Xxx Xxxxxxx Masa Depan Terhadap Earning Management Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public dari tahun 2006-2008 ( Proceeding SNAB / Seminar Nasional Akuntansi & Bisnis, Universitas Widyatama, 27 Maret 2012, Bandung, Jawa Barat, ISSN – XXXX 0000 0000, hal 212-221) | Xxxxxxx | |
0 | 0000 | Xxxxxxxx Pengungkapan Laporan Keuangan dan Asimetri Informasi terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Go Public di BEI Tahun 2006-2008 ( Proceeding SNAB / Seminar Nasional Akuntansi & Bisnis, Universitas Widyatama, 27 Maret 2012, Bandung, Jawa Barat, ISSN – XXXX 0000 0000, Hal 222-233) | Mandiri | |
4 | 2012 | Intellectual Capital dan Business Performance Pada Perusahaan Knowledge Based dengan Model Diamond ( Proceeding SISAN / Seminar Internasional dan Simposium Akuntansi Nasional2012 Universitas | Mandiri |
Muhammadiyah Yogyakarta, 4-5 Juni 2012) | ||||
5 | 2012 | Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas, Produktivitas, dan Penilaian Pasar pada Perusahaan yang Go Public di Indonesia pada Tahun 2005- 2007 (Proceeding XXX XX Xxxxxxxxxxx 0000, xx Xxxxxx Xxxxxxxx Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin Kalimantan Selatan, tgl 20-23 September 2012, hal 76). | Mandiri | |
6 | 2013 | Investigasi Model Pecking OrderTheory dan Static Order Trade Off pada Perusahaan Property dan Real Estate (Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2 Politeknik Negeri Bali 17-18 Mei 2013, ISBN: 978-602-17955-0-7, hal 207-224) | Xxxxxxx | |
0 | 0000 | Xxxxxxxxxxx Xxxxxxxx Model Pengukuran Earning Management Terhadap Cost of Equity Capital Pada Perusahaan Knowledge Based (Prosiding Seminar Nasional & Call for Paper Forum Manajemen Indonesia (FMI) ke 5 Pontianak, tgl 23-24 Oktober 2013, ISSN 2338 994X ) | Mandiri |
8 | 2014 | Investigasi Pengaruh Environmental Performance dan Political Visibility Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure (Prosiding 3rd Economics and Business Research Festival di UKSW Salatiga 13 November 2014) | Mandiri | |
9 | 2015 | Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Sektor Keuangan Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2007-2010 ( Penelitian bersama Xxxx Xxx Xxxxxxx). Jurnal Ekonomi 20 (2), Juli 2015, hal. : 335-351 | Mandiri | |
10 | 2015 | Pengujian Environmental Performance Terhadap Economic Performance Pada Perusahaan Manufaktur di BEI (penelitian bersama Xxxxxxx Xxxxxxxx, Prosiding 1st National Conference on Business, Management, and Accounting: Bridging the Gap between Theory and Practice, Universitas Pelita Harapan, Karawaci, Tangerang Banten pada tgl 19 Maret 2015) | Mandiri | |
11 | 2016 | PengaruhIntellectual Capital Terhadap Earnings Quality Prosiding pada Simposium Nasional Akuntansi Vokasi /SNAV ke 5 Di Poltek Ujung | Mandiri |
Pandang, Makasar pada tgl 12-14 Mei 2016. | ||||
12 | 2017 | Analysis of Earnings and Corporate Responses: An Empirical Study for Indonesia R XXXXXXXX Xxxxxxxxxxxxx Journal of Economic Perspectives 00 (0) | Xxxxxxx | |
00 | 0000 | Pengaruh Konservatisme Akuntansi, Leverage, Cash Flow dan Growth Opportunities terhadap Corporate Investment (penelitian bersama Xxxxx Xxxxxxxx, Prosiding Konferensi Ilmiah Akuntansi IV (KIA IV,Universitas Pancasila, 2-3 Maret 2017 ) | Mandiri | |
14 | 2017 | What Do the Effect on Corporate Investment? Empirical Research in Indonesia pada The 6th International Accounting Conference, Hotel Tentrem 27-29 August 2017 Xxxxxxxxxx | Xxxxxxx | |
00 | 0000 | Xxxxxxxxxx Earnings Quality (penelitian bersama Nada), Kalbisocio Jurnal Bisnis dan komunikasi vol 5 no 2 Agustus 2018, ISSN 2356-4385 | Mandiri | |
16 | 2018 | Analysis CSR And Environmental Performance Report On Financial Performance: An Empirical Study For PROPER Ranking | Mandiri |
Manufacturing In Indonesia (penelitian bersama Xxxxxx Xxxxxx dan Jesica), sedang tahap review di Jurnal International Journal of Business and Society (IJBS) | ||||
17 | 2019 | Determinan Kecurangan Laporan Keuangan ( Xxxxxxxxx XXXX 0, Xxxxxxx Xxxxxxxxx, 00-00Xxxx 2019) | FE Untar | |
18 | 2019 | TQM, Entrepreneurial Orientation, Innovation and Organizational Performance at Indonesian Palm Oil Industries ( Proceeding TICASH Xxxxx, 00-00 Xxxx 0000, Xxxxxxx) | FE Untar | |
19 | 2019 | Faktor-Xxxxxx Xxxx Mempengaruhi Firm Investment Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi A Xxxxxxx, R Xxxxxxxx Jurnal Xxxxxxxxx Xxxxxxxxx 0 (3), 2019, hal.: 730-737 | Mandiri | |
20 | 2019 | Faktor-Xxxxxx Xxxx Mempengaruhi corporate Cash Holding Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia I Kurniawan, R Xxxxxxxx Jurnal Xxxxxxxxx Xxxxxxxxx 0 (2),2019, hal.: 408-415 | Xxxxxxx | |
00 | 0000 | Xxxxxxxx Total Quality Management Dan Entrepreneurial | Mandiri |
Orientation Terhadap Organizational Performance Dimediasi Innovation MA Xxxxxxx, R Xxxxxxxx Jurnal Xxxxxxxxx Xxxxxxxxx 0 (4),2019 hal.: 1380-1388 | ||||
22 | 2019 | Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Risiko Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei J Meilody, R Xxxxxxxx Jurnal Xxxxxxxxx Xxxxxxxxx 0 (2),2019, hal.: 201-209 | Mandiri |
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan /Seminar Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir
No | Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar | Judul Artikel Ilmiah | Waktu dan Tempat |
1 | Seminar Nasional Akuntansi & Bisnis (SNAB) | Pengaruh Informasi Asimetri, Kinerja Masa Kini Xxx Xxxxxxx Masa Depan Terhadap Earning Management Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public dari tahun 2006-2008 | 27 Maret 2012, Universitas Widyatama, Bandung |
2 | Seminar Nasional Akuntansi & Bisnis (SNAB) | Pengaruh Pengungkapan Laporan Keuangan dan Asimetri Informasi terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Go Public di BEI Tahun 2006-2008 | 27 Maret 2012, Universitas Widyatama, Bandung |
3 | Seminar Internasional dan Simposium Akuntansi Nasional (SISAN) | Intellectual Capital dan Business Performance Pada Perusahaan Knowledge Based dengan Model Diamond | 4-5 Juni 2012 Universitas Muhammadiyah, Jogja |
4 | Seminar Nasional Akuntansi (SNA) XV | Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas, Produktivitas, dan Penilaian Pasar pada Perusahaan yang Go Public di Indonesia pada Tahun 2005-2007 | 20-23 September 2012 Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin |
5 | Simposium Nasional Akuntansi Vokasi (SNAV) ke- 2 | Investigasi Model Pecking OrderTheory dan Static Order Trade Off pada Perusahaan Property dan Real Estate | 17-18 Mei 2013 Politeknik Negeri Bali |
6 | Seminar Nasional & Call for Paper Forum Manajemen Indonesia (FMI) ke 5 | Investigasi Pengaruh Model Pengukuran Earning Management Terhadap Cost of Equity Capital Pada Perusahaan Knowledge Based | 23-24 Oktober 2013, Pontianak |
7 | 3rd Economics and Business Research Festival | Investigasi Pengaruh Environmental Performance dan Political Visibility Terhadap Corporate | 13 november 2014, UKSW Salatiga |
Social Responsibility Disclosure | |||
8 | 1st National Conference on Business, Management, and Accounting: Bridging the Gap between Theory and Practice | Pengujian Environmental Performance Terhadap Economic Performance Pada Perusahaan Manufaktur di BEI (penelitian bersama Xxxxxxx Xxxxxxxx) | Universitas Pelita Harapan, Karawaci, Tangerang Banten pada tgl 19 Maret 2015. |
9 | Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke 5 Di Makasar pada tgl 12-14 Mei 2016. | PengaruhIntellectual Capital Terhadap Earnings Quality | Poltek Ujung Pandang, 12-14 Mei 2016 |
10 | Konferensi Ilmiah Akuntansi IV | Pengaruh Konservatisme Akuntansi, Leverage, Cash Flow dan Growth Opportunities terhadap Corporate Investment (penelitian bersama Xxxxx Xxxxxxxx) | Xxxxxxxxxxx Xxxxxxxxx, 0-0 Xxxxx 0000 Xxxxxxx |
11 | The 6th International Accounting Conference | What Do the Effect on Corporate Investment? | Hotel Tentrem Yogya, 27-29 Agustus 2017 |
12 | Konferensi Ilmiah Akuntansi V | Determinan Earnings Quality (penelitian bersama Nada) | STEI Rawamangun tgl 1-2 Maret 2018 |
13 | The 1th International Conference and Call for Papers “Insuring Sustainable Business Strategy” (ISBS) | Analysis CSR And Environmental Performance Report On Financial Performance: An Empirical Study For PROPER Ranking Manufacturing In | Xxxxxxxx 00 Xxxxxxxx 0000 |
Xxxxxxxxx (penelitian bersama Xxxxxx Xxxxxx dan Jesica) | |||
14 | SNAV ke 8 Polsri Palembang,18-20 Juni 2019 | Determinan Kecurangan Laporan Keuangan | |
15 | Ticash Jakarta Untar 27-28 Juni 2019 | TQM, Entrepreneurial Orientation, Innovation and Organizational Performance at Indonesian Palm Oil Industries ( Penelitian bersama Xxxxx Xxxxxxx Xxxxxxx ) |
G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No | Judul Buku | Tahun | Jumlah Halaman | Penerbit |
H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5-10 Tahun Terakhir
No | Judul /Tema HKI | Tahun | Jenis | Nomor P/ID |
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/ Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5Tahun Terakhir
No | Judul /Tema/ Jenis Rekayasa Sosial Lainnya yang Telah Diterapkan | Tahun | Tempat Penerapan | Respon Masyarakat |
J. Pengalaman yang pernah diraih dalam 10 tahun terakhir ( dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainya)
No | Jenis Penghargaan | Institusi Pemberi Penghargaan | Tahun |
1 | Best Paper Award pada SISAN / Seminar Internasional dan Simposium Akuntansi Nasional | Universitas Muhammadiyah Yogyakarta | 2012 |
Jakarta, 10 Juni 2021 Xxxxxxxxx Xxxxxxxx,XX.XXx.Xx.XX
A. Identitas Diri Anggota Pengusul
CURRICULUM VITAE
Alamat :
Kembang Agung IV – F3/16 Jakarta 11610
Telp. (021) 580 1726
HP: 081 3862 444 93 E-mail: xxxxx@xx.xxxxx.xx.xx
Nama Lengkap : Xxxx Xxxxxxxx Tempat/Tanggal Lahir : Semarang, 19 Juli 1955
Data Keluarga : Menikah dengan Xxxxxxx Xxxxxxxxxxx dengan 2 anak.
Agama : Katolik
Jenjang Jabatan Akademik : Lektor Kepala
Serifikat Pendidik Nomor : 091157202371 (10 Agustus 2009)
Anggota Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Jakarta.
I. Pendidikan Formal
• 1983 Drs. (Sarjana Sosiologi) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.
• 1991 MA (Master of Arts) – program studi Asia Tenggara, Ohio University, USA.
• 1997 SE (Sarjana Ekonomi) jurusan Managemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
II. Pendidikan Non Formal
• 1987 Latihan Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial di Universitas Syah Kuala, Banda Aceh.
• 1989 Sekolah Ilmu Sosial, Yayasan Padi dan Kapas, Jakarta.
• 0000 Xxxx Xxxxxxxx in Effective Speaking and Human Relations, Jakarta.
• 1997 Fund Manager Training, Lembaga Pendidikan Manajemen GiKA, Jakarta.
• 2001 Pelatihan Profesi Kedosenan di Universitas Tarumanagara, Jakarta.
• 2002 Pelatihan Metode Membaca Cepat dan Efektif di Universitas Tarumanagara, Jakarta.
• 2005 Pelatihan Structural Equation Modeling dengan Menggunakan Model LISREL di Universitas Tarumanagara, Jakarta.
III. Pengalaman Kerja
• 1982 -1983 Asisten Dosen Sosiologi Pendidikan, FISIP – Universitas Indonesia.
• 1983 – 1998 Staf Peneliti Departemen Ekonomi pada Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta.
• 1992 – 1998 Dosen Tidak Tetap di STISIP Widuri, Jakarta. Mata Kuliah :
1. | Pengantar Statistik Sosial | |
2. | Sosiologi Pendidikan | |
• | 1994 | – 0000Xxxx Xxxxxxxx pada Pelatihan Pengembangan Usaha Kecil dan |
Pengembangan Usaha Koperasi – Departemen Koperasi dan PPK bekerjasama dengan Lembaga Managemen Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia (LM FE UI).
• 1998 – 2003 Dosen Tidak tetap Fakultas Ekonomi Universitas Indonusa Esa Unggul, Jakarta. Mata Kuliah :
1. Teori Ekonomi Mikro
2. Pengantar Ekonomi Pembangunan
3. Ekonomi Internasional
4. Perekonomian Indonesia
• 1998 – sekarang Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara, Jakarta.Mata Kuliah :
1. Pengantar Ekonomi Mikro
2. Pengantar Ekonomi Makro
3. Teori Ekonomi Mikro
4. Teori Ekonomi Makro
5. Pengantar Ekonomi Pembangunan
6. Perekonomian Indonesia
IV. Publikasi :
1. Universitas Terbuka dan Tantangan Belajar Mandiri, Analisa, XIV, No. 5, Mei 1985.
2. Urbanisasi dan Implikasi Sosial Ekonominya terhadap Migran, Analisa, XIV, No. 7, Juli 1985.
3. Pengembangan Sektor Informal: Kasus Pedagang Kaki Lima, Suara Karya, 10 Desember 1985.
4. Mobilitas Profesional Muda di Jakarta, Analisa, XV, No. 5, Mei 1986.
5. Tumbuhnya Pengusaha Aceh: Studi Kasus Pengusaha Kontraktor dan Leveransir di Lhok Seumawe, Analisa, No. 12, Desember 1987.
6. Pengangguran dan Setengah Pengangguran di Perkotaan, Prisma, no. 2, 1993.
7. Reorientasi Angkatan kerja Muda Menyongsong Tahun 2000, Merdeka, 9 Desember 1993.
8. Perkembangan Industri Manufaktur : Studi kasus Industri Rokok Kretek, dalam Xxxxxxxx Xxxxxxx (Ed.), Refleksi Setengah Abad Kemerdekaan Indonesia, Jakarta, CSIS, 1995.
9. Bank Perkreditan Rakyat sebagai Mitra Pengusaha Kecil, Merdeka, 26 Desember 1995.
10. Tanggung jawab Akuntan dan Likuidasi Bank, Bisnis Indonesia, 11 November 1997.
11. Perbandingan Return on Asset, Capital Adequacy Ratio dan Banking Ratio antara Bank Pemerintah dan Bank swasta 1994-1996, Jurnal Akuntasi, Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara, Xx. XX, Xx. 0, Xxxxxxxx, 0000.
12. Peranan Penanaman Modal Asing dalam Alih Teknologi: Studi kasus Perusahaan Jepang di Indonesia pada Era Orde Baru, Jurnal Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara, Th. X, No. 2, Juli 2005.
13. Kemiskinan danKesenjanganSosial di Indonesia 2007-2010, JurnalEkonomi, Fakultas Ekonomi Universitas TarumanagaraVol. XVI, No. 3, November 2011, hal. 302-314.
14. Industri Kecil dan Menengah dan Permasalahannya di Indonesia 2009-2011, Jurnal Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas TarumanagaraVol. XVII, No. 3, November 2012, hal. 354-366.
15. Peranan Desentralisasi Fiskal Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, Studi Kasus: Provinsi Riau, DKI Jakarta dan Kalimantan Timur 2010-2012, JurnalEkonomi, Fakultas Ekonomi Universitas XxxxxxxxxxxxXxx. XXXXX, Xx. 0, Xxxxx0000, xxx. 122-136.
16. Industri Kecil danMenengahdanPermasalahannya di Indonesia 2009-2012, prosiding Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis III: Peluang dan Tantangan UKM Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, Jakarta, Universitas Tarumanagara, 23 Mei 2013, hal 1 -10. ISSN No: 2089- 1040
V. Editor
17. Social Entrepreneurship in Educating The Poor Students : A Case Study of SMA Selamat Pagi Indonesia at Batu, Malang, Proceedings 2nd International Conference on Entrepreneurship and Business Management : “Entrepreneurship & Business Sustainability”, Sanur, Bali, 21-22 November 2013, Jakarta: Tarumanagara University, 2013, hal 207-212.ISBN : 978-979- 9234-49-0
18. XxxxxxxxxxXxxxxxXxxxx xx Xxxxxxxxx 0000-0000, XxxxxxXxxxxxx, Xxxxxxxx Ekonomi Universitas TarumanagaraVol,. XIX, Xx. 00, Xxxxx 0000, xxx. 69- 80.
• Indonesia 2020: Wawasan Ekonomi, Sosial Budaya dan Politik, Jakarta: CSIS, 1996.
VI. Seminar :
• Pembicara dalam Seminar “Peranan Ilmu Pengetahuan Teknologi Dalam Rangka Menunjang Tahap Tinggal Landas di dalam Pembangunan Nasional” di Ohio University, Athens, Ohio (USA), 6-10 September 1989.
• Pembicara dalam Seminar “Pembangunan Nasional Jangka Panjang Tahap II Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Manusia dan Lingkungan” di Lexington (USA), 9-11 Agustus 1990.
• Pembicara dalam Seminar Nasional “Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis III: Peluang dan Tantangan UKM Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015”, Jakarta, Universitas Tarumanagara, 23 Mei 2013.
• Pembicara dalam “2nd International Conference on Entrepreneurship and Business Management : Entrepreneurship & Business Sustainability”, Sanur, Bali, 21-22 November 2013.
Xxxxxxx, 00 Xxxx 0000
Xxx. Xxxx Xxxxxxxx, XX.
Identitas Diri Anggota Mahasiswa
Nama : Xxxxxx Xxxxx XXX : 125190251
LAMPIRAN II
Surat Tugas Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
LAMPIRAN III
Surat Persetujuan dan Pernyataan Kerjasama Mitra
LAMPIRAN IV
Artikel Jurnal Publikasi Xxxxxx Xxxxx 2021
Hasil PKM*
STRATEGI PENGEMBANGAN KERAJINAN PERAK DI BANDUNG DENGAN MATRIKS SWOT
Rousilita Suhendah1, Xxxx Xxxxxxxx 2
1Program Studi Akuntansi, Universitas Tarumanagara Jakarta Surel:xxxxxxxxxx@xx.xxxxx.xx.xx
2 Program Studi Manajemen, Universitas Tarumanagara Jakarta Surel: xxxxx@xx.xxxxx.xx.xx
ABSTRAK
Kerajinan perak yang ada di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga banyak daerah- daerah di Indonesia yang dikenal sebagai kota kerajinan perak seperti Yogyakarta, dan kota Gadang di Sumatera Barat. Kerajinan perak yang ada di Indonesia pada umumnya berupa home industries yang masih berskala kecil . Salah satu usaha home industries kerajinan perak di Kota Bandung bernama Daisy logam memiliki keunikan tersendiri dalam membuat produk kerajinan perak. Kerajinan perak yang dibuat oleh Daisy logam adalah berupa perhiasan dari perak yang menggunakan batu-batuan seperti batu safir, xxxxx, xxxx dan giok. Dalam menjalankan usahanya ini pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx menghadapi masalah berupa penurunan penjualan yang cukup signifikan karena kondisi faktor internal dan eksternal yang ada di usaha kerajinan perak. Hal ini memotivasi tim PKM untuk melakukan kegiatan PKM berupa transfer ilmu pengetahuan mengenai perlunya strategi dalam mengembangkan usaha yang dibuat atas dasar kekuatan, kelemhaan, peluang dan tantangan yang ada dalam usaha kerajinan perak Xxxxx Xxxxx. Kegatan pelatihan ini dilakukan beberapa tahap secara online. Hasil dari kegiatan ini adalah menentukan posisi strategis dan rumusan strategi pengembangan usaha kerajinan perak yang terdiri dari pembenahan manajemen, diversifikasi produk, penguatan stabilitas dan pertumbuhan serta penetrasi pasar. Rumusan strategi ini dapat diimplementasikan dan dievaluasi serta ditinjau kembali jika terjadi dinamika yang cepat dalam perubahan fantor internal dan ekternal pada usaha kerajinan perak.
Kata Kunci: Strategi, diversifikasi, penetrasi pasar
ABSTRACT
Silver handicrafts in Indonesia have developed quite rapidly so that many areas in Indonesia are known as silver handicraft cities such as Yogyakarta and Gadang in West Sumatra. Generally, silver handicrafts in Indonesia are in the form of small-scale home industries. One of the silver handicraft home industries in Bandung named Daisy Logam has its uniqueness in making silver handicraft products. The silver craft made by Metal Daisy is in the form of silver jewelry using stones such as sapphire, xxxxx, xxxx , and jade. In running this business, the owner of Xxxxx Xxxxx'x silver handicraft faces a problem in the form of a significant decline in sales due to internal and external factors in the silver handicraft business. This motivated the Community Service Team to carry out Community Service Team activities in the form of transfer of knowledge about the need for a strategy in developing a business that was made based on the strengths, weaknesses, opportunities, and challenges that exist in the Daisy Logam silver handicraft business. This training activity is carried out in several stages online. The result of this activity is to decide the strategic position and formulation of a strategy for the silver handicraft business which consists of improving management, product diversification, strengthening stability and growth, and market penetration. This strategy can be implemented and evaluated and reviewed if there is a rapid dynamic of changes in internal and external offices in the silver handicraft business.
Keywords: Strategy, diversification, market penetration
1. PENDAHULUAN
Perak berasal dari bahasa Latin ‘Argentum’ (xxxxx://xx.xxxxxxxxx.xxx › wiki › Perak) yaitu sebuah logam yang memiliki karakteristik lunak, berwarna putih mengkilap, memiliki sifat konduktif terhadap listrik dan panas, di dalamnya terdapat mineral dan memiliki bentuk bebas Perak memiliki sifat lembut (perak murni) sehingga perak harus dicampur dengan logam lainnya supaya dapat dibentuk menjadi perhiasan, sehingga dikenal istilah silver 925 ( istilah ini muncul di Inggris pada abad ke -13). Istilah silver 925 berarti bahwa dalam perak ini terdapat unsur perak sebesar 92,5% dan 7,5% berasal dari logam lainnya seperti misalnya tembaga
Pada zaman dahulu menurut legenda, perak adalah suatu logam yang digunakan untuk mencegah kekuatan gaib, seperti manusia srigala ataupun vampir. Saat Perang Dunia I perak digunakan untuk mencegah infeksi seperti antibiotik, yang berkembang terus sampai saat ini di mana perak digunakan dalam menambah gigi yang bolong. Ini karena perak adalah bahan yang aman, awet dan tahan lama.
Perak sebagai bahan baku kerajinan dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan cara pembuatannya. Klasifikasi kerajinan perak berdasarkan cara pembuatannya adalah perak buatan tangan/handmade, perak buatan mesin /machinery, perak cetakan /casting (https:// xxx.xxxxxxxxx00.xxx/xxxxx-xxxxx-xxxxxxxxx-xxxxx-xxxxxxxxxxx-xxxx-xxxxxxxxx.xxx). Perak buatan tangan (handmade) adalah kerajinan perak yang murni dibuat dengan tangan, tidak mengandalkan mesin. Semua proses pembuatan kerajinan dari awal proses sampai tahap akhir proses semua dikerjakan dengan tangan. Perak buatan mesin (Machinery) adalah kerajinan perak yang menggunakan mesin dan biasanya produk perak yang dihasilkan bersifat massal seperti kalung dan gelang rantai. Mesin pembuatan perhiasan dari perak sangat mahal harganya, sehingga tidak semua pengrajin dapat membeli mesin ini. Perak cetakan (Casting) adalah satu proses pembuatan perak dengan cara cetak sehingga dihasilkan produk perak dalam jumlah yang besar dengan waktu yang relatif terbatas. Penggunaan mesin cetak atau mesin casting sentrifugal ini memudahkan pengrajin untuk membuat kerajinan perak yang memiliki ukuran dan model yang sama persis.
Di Kota Bandung Jawa Barat ada sebuah home-industries yang menekuni usaha kerajinan perak berupa perhiasan yang memenuhi pesanan dari pelanggannya. Seorang ibu rumah tangga dengan setianya menekuni kerajinan ini sebagai pekerjaannya dengan mempekerjakan pengrajin kerajinan perak yang ada di daerah Bandung dan juga pengrajin di kota Bali. Ibu ini mempekerjakan para pengrajin perak sekitar berjumlah.tiga orang. Mereka akan membuat perhiasan yang berbahan baku perak dengan ditambah batu- batu alam seperti batu amethys, garnet, topaz, peridot, cetirine, dan juga batu giok yang berasal dari Aceh.
Pekerjaan pembuatan perhiasan yang berbahan baku perak ini dimulai pada saat konsumen menghubungi ibu ini untuk dibuatkan perhiasan yang berbahan baku perak. Design perhiasan yang ingin dibuatkan biasanya dari ide pembeli atau konsumen tetapi dapat juga bentuk design yang ingin dibuatkan oleh konsumen berasal dari ide ibu ini. Ibu ini bernama Desi Rusanita, yang terjun ke dunia perhiasan dari bahan perak ini tidak sengaja.
Pada awal tahun 2013 dimulailah perkenalannya untuk membuat perhiasan dari perak, di mana pada tahun tersebut ibu Xxxx bertemu dengan pengrajin perak yang bekerja di salah satu studio perak di Bandung. Pada awal perkenalannya ini, Ibu Xxxx hanya memfokuskan pada kegiatan pemasaran, dan mencari batu serta model perhiasan accesories yang dibutuhkan untuk produksi. Sementara itu kegiatan produksi tetap diserahkan ke pengrajin yang memiliki studio perak di rumahnya sendiri. Pada saat itu accesories yang berhasil dibuatnya hanya berupa bros dan cincin perak dengan model yang dirancing sendiri oleh Ibu desi. Accesories yang dibuatnya ini mendapatkan tanggapan yang positif dari konsumen. Hal inilah yang akhirnya membuat ibu rumah tangga ini menekuni usaha pembuatan accesories berbahan perak.
Momentum yang tepat pada pada tahun 2013 di mana pada saat itu sedang trend perbatuan (batu akik), Ibu Xxxx mulai mempelajari macam-macam batu dari pihak suplier tentang kualitas dan jenis batu- batu perhiasan. Perburuannya terhadap batu perhiasan dilakukan secara online dengan menghubungi penjual batu perhiasan dari seantero Indonesia seperti penjual batu perhiasan atau batu akik dari Kalimantan, Aceh, bali dan juga Jakarta. Pembuatan perhiasan dengan menggunakan batu-batuan ini diproduksi dengan cara Pre-Order dan custom. Ibu Xxxx mulai mengupload batu-batuan yang belum diikat dan juga model perhiasan yang ingin dibuat oleh konsumen.
Perhiasan dengan menggunakan batu akik ini dibuat sesuai dengan design yang dirancang sendiri oleh konsumen, namun ada juga yang memesan perhiasan dengan model yang sudah dibuat oleh ibu Xxxx. Apabila perhiasan dari batu akik dan perak ini telah selesai dibuat, konsumen akan dikabari oleh pemilik kerajinan perak ini. Jika perhiasan perak dan batu akik yang telah dibuat oleh pengrajin peraknya tidak sesuai dengan keinginan konsumen, maka pemilik Daisy logam ini akan memperbaiki perhiasan tersebut tanpa dikenakan biaya tambahan. Ini menyebabkan pemilik Xxxxx Xxxxx harus membayar dua kali upah kepada pengrajin. Semua dilakukannya agar konsumen merasa puas akan produk perhiasan perak dan batu akik yang dibuatnya dan melakukan pemesanan kembali. Perhiasan perak yang dibuat oleh pengrajin yang dimiliki oleh Daisy logam ini dibuat dengan teknik handmade, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pengerjaannya. Konsumen harus menanti dengan sabar untuk mendapatkan perhiasan perak yang telah dipesannya pada UMKM ini. Bagi konsumen yang baru pertama kali memesan perhiasan perak dengan batu ini sering tidak sabar. Ini membuat Xxxxx Xxxxx akan mengirimkan foto tahap penyelesaian proses produksi perhiasan tersebut. Ini dilakukannya agar konsumen yakin bahwa pesanan pembuatan perhiasan dari perak ini sedang dikerjakan oleh pengrajinnya.
Pada saat perhiasan perak ini telah selesai dibuat sesuai dengan design dan rancangan yang telah disepakati oleh konsumen, maka perhiasan dari perak ini akan dikirimkan lewat ekspedisi. Kadang ekspedisi sering lambat dalam mengirimkan pesanan accesories perhiasan dari perak ini ke pelanggan, sehingga konsumen komplain kepada pemilik Xxxxx Xxxxx. Untuk mengatasi masalah ini biasanya pemilik Xxxxx Xxxxx akan memberikan bukti resi pengiriman kepada konsumen dan meminta konsumen untuk sabar menunggu karena pesanan telah dirimkan lewat ekpedisi. Beberapa contoh perhiasan perak yang dibuat oleh xxxxx Xxxxx ada pada Gambar 1.
Gambar 1. Perhiasan Perak dengan Batu Akik
Perhiasan perak yang telah dibuat oleh Xxxxx logam kadang dalam perjalanan mengalami kerusakan (penyok) akibat kesalaham pengiriman dalam perjalanan. Ini berakibat konsumen mengembalikan perhiasan tersebut untuk diperbaiki kembali. Setelah perhiasan tersebut diperbaiki maka akan dikirimkan kembali kepada konsumen. Hal ini membuat pemilik Xxxxx Xxxxx berusaha untuk meningkatkan kualitas dalam membuat kemasan tempat perhiasan perak.
Pada Tahun 2015, pemilik Xxxxx Xxxxx mulai menambah jumlah pengrajin yang berasal dari Bali. Pengrajin ini memiliki studio perak, sehingga memudahkan pemilik Xxxxx Xxxxx untuk membuat pesanan perhiasan perak dari konsumen. Pengrajin yang direkrutnya dari Bali ini memiliki keunggulan dibandingkan pengrajin perak dari daerah lain. Pengrajin perak dari Bali ini dapat mengerjakan proses pembuatan perhiasan dengan waktu yang lebih cepat dan dapat membuat model perhiasan yang rumit. Hampir dalam sebulan dapat dibuat pesanan perhiasan dari perak sebanyak 30 unit.
Memasuki tahun 2016 dimana mulai meredupnya usaha batu akik berimbas juga pada penjualan perhiasan perak yang menggunakan batu-batuan tersebut. Omset pembuatan perhiasan perak menurun drastis. Pada masa ini pemilik Xxxxx Xxxxx hanya membuat 2 sampai 5 unit perhiasan perak dalam sebulan. Penjualan perhiasan perak yang menggunakan batu akik yang turun drastis ini membuat pemilik Xxxxx Xxxxx mencoba memikirkan diversifikasi usaha pembuatan perhiasan yang lain.
Suplier yang dulu memasok batu-batu akik ke pemilik daisy logam mulai menawarkan batu giok natural Aceh yang dipercaya bagus untuk kesehatan. Pemiliki Daisy logam mulai membuat perhiasan dengan batu giok yang dilapisi dengan perak dan mencoba menawarkannya kepada konsumen. Banyak konsumen yang memesan kalung, gelang dan cincin dari batu giok ini, sehingga usaha pembuatan perhiasan dari perak pun dapat naik kembali.
Pada saat masa pandemi covid 19 ini terjadi di Indonesia pada bulan Maret 2020, penjualan pun perlahan-lahan turun kembali. Pemilik Xxxxx logam mulai membuat perhiasan dari perak sebagai stok barang agar pengrajin tetap mempunyai penghasilan di masa pandemi ini. Pengrajin yang dimiliki oleh Daisy logam yang berasal dari Bali ini tetap membuat pesanan perhiasan dari perak dan batu giok. Berikut ini adalah beberapa gambar proses pembuatan perhiasan dari batu Giok (Gambar 2).
Gambar 2 Proses Pembuatan Gelang dari Batu Giok
Untuk mengatasi kelesuan penjualan perhiasan dari perak ini, pemilik Daisy logam membuat perhiasan dari perak dan giok yang dijual dengan harga ekonomis, dengan mengurangi margin keuntungan. Pemilik Xxxxx Xxxxx tetap membuat stok perhiasan perak dengan harapan pembeli dapat membeli perhiasan perak dengan harga yang relatif terjangkau dengan design yang cantik, bagus dan manis.
Kerajinan perak berupa perhiasan yang menggunakan batu-batu perhiasan ini yang dibuat oleh Ibu Desi masih menggunakan teknik manajemen yang sederhana. Semua bagian yang ada dalam usaha membuat kerajinan perak berupa perhiasan ini ditangani oleh ibu Xxxx seorang diri, kecuali dalam produksi pembuatan kerajinan perak yang dibantu oleh pengrajin perak. Sejak pesanan pembuatan perhiasan perak yang diorder oleh konsumen, sampai pada design perhiasan semua dilakukannya seorang diri. Pengelolaan keuangan juga diatur olehnya dengan tidak memisahkan antara keuangan kas usaha kerajinan perak dengan keuangan keluarga. Ini membuat pemilik Xxxxx Xxxxx tidak dapat mengetahui berapa omset dari pembuatan perhiasan perak dan keuntungan yang diperolehnya selama waktu tertentu. Pencatatan keuangan juga masih dicatat seadanya, belum ada pencatatan yang dilakukan sistematis dan teratur yang mendokumentasikan semua transaksi keuangan untuk usaha kerajinan perak yang dimilikinya.
Harga jual kerajinan perak berupa perhiasan yang dibuat oleh Xxxxx Xxxxx ini ditetapkan atas dasar estimasi atau perkiraan harga jual produk perhiasan sejenis di pasar. Selama ini Xxxxx Xxxxx tidak membuat secara detail berapa perhitungan harga produksi perhiasan perak yang dibuatnya. Semua pengeluaran dalam hal produksi perhiasan perak miliknya hanya dicatat secara sederhana. Hal ini yang membuat Xxxxx Xxxxx tidak dapat menghitung jumlah keuntungan atau kerugian dari usaha kerajinan perak berupa perhiasan miliknya.
Dari hasil observasi dan wawancara dengan pemilik Xxxxx logam kepada Xxx XXX Untar, maka tim PKM Untar memahami inti masalah yang dihadapi oleh Xxxxx Xxxxx sebagai pemilik usaha produksi perhiasan perak homemade, yaitu pemilik belum mengenal kelebihan, kekurangan, dan tantangan serta peluang yang dimiliki oleh usaha homemade yang dikelolanya. Xxx PKM Untar ingin memberikan
pelatihan agar pemilik Xxxxx Xxxxx dapat mengenal kelebihan dan kelemahan yang ada di usaha kerajinan perak miliknya serta membuat strategi untuk pengembangan usaha kerajinan perak. Melalui kegiatan pelatihan ini diharapkan pemilik Xxxxx Xxxxx mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada di usaha kerajinan perak dan dapat menyusun strategi yang sesuai yang digunakan untuk mengembangkan kerajinan perak dengan matriks SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunity, Threats). Pemilik Xxxxx Xxxxx dapat menganalisis matriks SWOT ini sebelum mengambil keputusan usaha dalam menjalankan usaha kerajinan perak agar keputusan bisnis yang diambil tepat dan tidak salah (Ghazinoory et al., 2011).
Rangkuti (2014) menjeleaskan bahwa strategi adalah suatu alat untuk mencapai setiap tujuan dari kegiatan usaha, sedangkan Xxxxx (2013) menyatakan bahwa manajemen strategi adalah suatu cara/teknik/seni dan ilmu pengetahuan dalam menjabarkan, merumuskan, serta implementasi dan proses evaluasi setiap keputusan yang terjadi secara lintas fungsional sehingga sebuah usaha / bisnis atau organisasi dapat meraih tujuan.
Pemilik Xxxxx Xxxxx harus dapat mengetahui dan menentukan kekuatan (strengths) usaha kerajinan peraknya yang dapat berfungsi sebagai kunci dalam mengelola kerajinan perak. Kekuatan (strengths) adalah suatu kompetensi yang bersifat khusus yang ada dalam usaha kerajinan perak yang dimilikinya yang menjadi keunggulan komparatif di pasaran (Xxx Xxxxxx, 2017). Pemahaman tentang kelemahan usaha (weaknesses) yang dimiliki dalam usaha kerajinan perak yang dikelolanya ini adalah pemahaman mengenai keterbatasan dan kekurangan dalam hal sumber, ketrampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang untuk memperoleh kinerja yang memuaskan (Maemonah, 2015). Kelemahan yang ada dalanm usaha kerajinan peraknya ini harus dikurangi, diperbaiki dan tidak terekspose keluar sehingga dapat dibaca oleh pesaing keajinan perak lainnya.
Peluang dan ancaman juga harus diketahui dan dipahami oleh pemilik Xxxxx Xxxxx dalam usaha untuk mendapatkan konsumen dan mempertahankan konsumen yang sudah ada. Peluang adalah berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi satu satuan bisnis (Zuhri, 2013). Peluang yang ada dalam usaha kerajinan perak yang dimiliki oleh Xxxxx Xxxxx ini harus dimanfaatkan oleh pemilik Xxxxx Xxxxx untuk mengembangkan kerajinan perak agar dapat menambah jumlah konsumen. Ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang merugikan atau tidak menguntungkan yang ada dalam suatu satuan bisnis (Maemonah, 2015). Ancaman harus dapat diatasi karena dapat menghambat jalannya usaha kerajinan perak yang dimiliki oleh Xxxxx Xxxxx. Ancaman terjadi karena pesaing dapat memberikan hal yang lebih baik daripada usaha kerajinan perak Xxxxx Xxxxx. Usaha kerajinan perak Xxxxx Xxxxx harus mempertahankan dan meningkatkan kualitas atau mutu kerajinan perak berupa perhiasan perak, menjaga pelayanan kepada konsumen supaya konsumen tetap loyal dan setia terhadap produk yang dihasilkan (Putro, 2014)
Dari hasil wawancara yang dlakukan oleh Xxx XXX Untar dengan mitra kerajinan perak Daisy Logam yang ada di Bandung, maka ada beberapa masalah yang dihadapi oleh kerajinan perak Daisy Logam yaitu :
1. Pemilik usaha kerajinan perak Daisy Logam belum memahami mengenai kekuatan dan kelemahan dari usaha yang dikelolanya sehingga sering kali pemilik merasa kesulitan untuk mengetahui kinerja dari usaha kerajinan perak yang dimilikinya dan bersaing dengan pemilik kerajinan perak lainnya.
2. Pemilik belum dapat melihat kesempatan atau peluang yang ada dalam usaha kerajinan peraknya, sehingga kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan peraknya terlewatkan
3. Pemilik Xxxxx Xxxxx belum memahami pentingnya pencatatan keuangan yang terpisah antara catatan keuangan usaha dan catatan keuangan pribadi keluarga. Ini menyebabkan pemilik sukar untuk mendapatkan modal dari bank untuk mengembangkan usaha kerajinan peraknya.
4. Pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx belum mengetahui adanya pengrajin perak lainnya yang membuat kerajinan perak berupa perhiasan yang juga memiliki studio perak dan pemasaran yang modern dengan menawarkan produknya di media sosial.
2. METODE PELAKSANAAN PKM
Pelaksanaan kegiatan PKM ini dilakukan secara daring melalui media video whatsapp, zoom yang dilakukan secara sistematis dan terjadwal yang dibagi dalam beberapa kali pertemuan.
Pertemuan tersebut dapat dibagi menjadi pertemuan pertama yang mengumpulkan semua informasi dari sisi internal kerajinan perak Daisy logam yaitu kelemahan dan kekuatan yang ada pada usahanya. Informasi ini diperoleh oleh Xxx XXX Untar dengan cara melakukan interview atau wawancara dengan pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx. Observasi juga dilakukan oleh Xxx XXX Untar pada kerajinan perak khususunya perhiasan perak untuk mendapatkan gambaran akan kesempatan dan tantangan yang dihadapi oleh usaha kerajinan perak ini
Metode Pelaksanaan PKM ini dilakukan dengan cara memberikan pelatihan dan pendampingan kepada pemilik Xxxxx Xxxxx mengenai strategi usaha untuk pengembangan kerajinan perak yang dikelola oleh Xxxxx Xxxxx dengan xxxxxxx XXXX. Pemilik Xxxxx Xxxxx akan diajarkan tentang Matriks SWOT yaitu tentang Strength, Weakness, Opportunity dan Threat. Dari matriks SWOT ini diperoleh informasi mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang akan disusun menjadi suatu pola atau peta yang akan menunjukkan posisi usaha kerajinan Xxxxx Xxxxx. Penentuan posisi usaha kerajinan Logam ini akan diukur dan digambarkan atas hasil survey yang diberikan oleh Xxx XXX kepada pemilik kerajinan Xxxxx Xxxxx.
Pertemuan kedua adalah mulai membuat strategi pengembangan usaha yang sesuai dengan konsep SWOT. Dari hasil penyusunan strategi ini diharapkan pemilik kerajinan perak Xxxxx dapat mengimplementasikan strategi yang telah dibuat untk mengelola kegiatan pembuatan perhiasan perak dan memperbaharui strategi jika lingkungan internal dan eksternalnya berubah.
Langkah-langkah tahapan pelaksanaan PKM terhadap permasalahan yang dihadapi oleh mitra yaitu kerajinann perak Xxxxx Xxxxx dapat dijelaskan pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 Tahapan-Tahapan Peaksanaan Kegiatan PKM
No | Justifikasi Pengusul | Metode Pendekatan | Prosedur Kerja | Partisipasi Mitra | Jenis Luaran | |
1 | Memberi pemahaman | Melakukan tanya | Mengumpulkan | Memberikan | Memo | |
dan pengetahuan kepada | jawab dengan | semua informasi | informasi yang | dan | ||
pemilik Xxxxx Logam | pemilik Xxxxx | tentang kekuatan dan | berkaitan dengan | catatan | ||
untuk dapat memahami | Logam | kelemahan kerajinan | kekuatan dan | |||
kelemahan dan kekuatan | perak Daisy Logam. | kelemahan | ||||
yang dimiliki usahanya | kerajinan perak | |||||
Daisy logam. | ||||||
2 | Memberi pengetahuan | Memberi transfer | Memberi pemahaman | Membuat catatan | Memo | |
kepada pemilik kerajinan | pengetahuan | kepada Xxxxx Xxxxx | kesempatan dan | dan | ||
perak Xxxxx Logam | kepada pemilik | untuk mampu melihat | tantangan yang | catatan |
tentang peluang dan tantangan yang dihadapi
Xxxxx Logam tentang peluang dan hambatan yang ada pada
kesempatan, tantangan yang ada
dihadapi oleh
kerajinan perak Daisy logam.
kerajinan perhiasan perak. | dalam usaha kerajinan perhiasan perak. | ||||
3 Membuat sederhana pengembanagan | strategi usaha | Memberi pemahaman kepada pemilik | Xxxberi transfer pengetahuan kepada pemilik Xxxxx Logam | Memahami konsep SWOT dan mencoba | Memo dan catatan |
kerajinan perak atas dasar konsep SWOT
Xxxxx Logam perlunya strategi pengembangan usaha
untuk dapat membuat strategi sederhana pengembangan usaha
memetakan posisi usaha nya dan kerajinan perak.
4 Melakukan
pendampingan kepada pemilik Daisy logam agar dapat membuat strategi usaha pengembangan usaha dengan matriks SWOT
Memberi transfer
pengetahuan dan mengarahkan pemilik Xxxxx
Logam untuk
membuat dan memperbaiki strategi usaha
Membuat strategi
pengembangan usaha kerajinan perak
dengan matriks SWOT, implementasi strategi pada usaha kerajinan perak Xxxxx Xxxxx.
Mencoba
membuat strategi, strategi kerajinan dengan matriks SWOT
Modul
dan memo
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk menentukan strategi pengembangan industri kerajinan perak Daisy Logam di Bandung dengan matriks SWOT terlebih dahulu akan dilakukan identifikasi faktor-faktor internal dan ekternal yang ada di usaha kerajinan perak Daisy Logam seperti yang ada di Tabel 2 berikut ini
Tabel 2
Faktor-Faktor Strategi Penentu Kinerja Kerajinan Perak Xxxxx Xxxxx
No | Faktor Internal | No | Faktor Eksternal |
1 | Sumber daya manusia | 1 | Pasar/pelanggan |
f. Kreatifitas pengrajin perak | d. Konsumen Lokal Bandung | ||
g. Ketrampilan pengrajin perak | e. Konsumen domestik | ||
h. Pendidikan Pengrajin perak | f. Konsumen Manca negara | ||
i. Ketersediaan pengrajin perak yang kompeten | 2 | Penyedia Bahan perak | |
j. Kompensasi pengrajin | e. Ketersediaan bahan baku | ||
2 | Produksi | f. Kualitas bahan baku | |
g. Peralatan produksi | g. Harga bahan baku | ||
h. Inovasi proses produksi | h. Ketersediaan bahan overhead | ||
i. Biaya produksi | 3 | Pesaing | |
j. Kualitas produk | f. Produk pesaing | ||
k. Disain produk | g. Kualitas produk pesaing | ||
l. Penelitian dan pengembangan produk | h. Produk substitusi | ||
3 | Pemasaran | i. Harga produk pesaing | |
i. Pengetahuan pasar | j. Teknologi pemasaran pesaing | ||
j. Keunikan produk | 4 | Kondisi ekonomi | |
k. Branding produk | d. Daya beli masyarakat | ||
l. Harga pokok | e. Krisis ekonomi | ||
m. Pemasaran konvensional | f. Tingkat inflasi | ||
n. Pemasaran online | 5 | Perkembangan teknologi informasi | |
o. Diskon penjualan | d. Perkembangan teknologi informasi | ||
dan komunikasi | |||
p. Promosi penjualan | e. Perkembangan teknologi proses | ||
produksi |
4 Keuangan f. Perkembangan teknologi
f. Perencanaan dan anggaran keuangan
g. Pengelolaan keuangan
h. Sistem pencatatan keuangan
i. Perhitungan harga pokok penjualan
j. Laporan keuangan
pemasaran
Setelah dilakukan identifikasi maka selanjutnya adalah memberikan pembobotan terhadap faktor- faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan kinerja kerajinan perak Xxxxx Xxxxx. Total nilai pembobotan untuk komponen strategis internal dan ekternal adalah masing-masing 1,00. Penilaian dilakukan dengan skala likert dengan menggunakan 4 skala yaitu 4=sangat baik, 3= baik, 2=cukup, 1=kurang. Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai / interval yang untuk menentukan posisi lingkungan internal kekuatan dan kelemahan serta eksternal peluang dan ancaman. Rumus untuk menentukan interval adalah perbandingan antara rentang nilai dengan kelas sehingga diperoleh nilai interval sebesar ¾ atau 0,75. Nilai cut point dihitung dengan rumus total nilai dibagi dengan kelas, sehingga diperoleh kondisi cut point adalah 10/4 atau 2,5. Dari hasil cut point sebesar 2,5 ini dapat disimpulkan bahwa jika di atas 2, 5 merupakan kekuatan dan peluang,sedangkan nilai 2,5 ke bawah berarti kelemahan dan ancaman . Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka kriteria yang digunkan untuk menganalisis kondisi kerajinan perak Xxxxx Xxxxx adalah pada Tabel 3 sebagai berikut
Tabel 3 Kriteria Hasil Analisis
Nilai | Rentang Nilai | Kriteria | Internal | Eksternal |
4 | 3.26-4,00 | Sangat Baik | Kekuatan | Peluang |
3 | 2,51-3,25 | Baik | Kekuatan | Peluang |
2 | 1,76-2,50 | Cukup | Kelemahan | Ancaman |
1 | 1,00-1,75 | Kurang | Kelemahan | Ancaman |
Berikut ini adalah hasil rangkuman pengolahan jawaban dari hasil jawaban pemilik kerajinan Daisy Logam terhadap faktor strategis internal (Tabel 4) dan faktor eksternal (Tabel 5)
Tabel 4
Internal Factor Analysis Summary(IFAS)
No | Indikator variabel Internal | Bobot | Rating | Skor Bobot | Strength/ Weakness |
1 | Sumber daya manusia | ||||
f. Kreatifitas pengrajin perak | 0,20 | 4 | 0,8 | S | |
g. Ketrampilan pengrajin perak | 0,20 | 4 | 0,8 | S | |
h. Pendidikan Pengrajin perak | 0,20 | 2 | 0,4 | W | |
i. Ketersediaan pengrajin perak yang kompeten | 0,20 | 3 | 0,6 | S | |
j. Kompensasi pengrajin | 0,2 | 3 | 0,6 | S | |
3,2 | S | ||||
2 | Produksi | ||||
g. Peralatan produksi | 0,17 | 2 | 0,34 | W | |
h. Inovasi proses produksi | 0,17 | 3 | 0,51 | S | |
i. Biaya produksi | 0,16 | 2 | 0,32 | W | |
j. Kualitas produk | 0,17 | 3 | 0,51 | S | |
k. Disain produk | 0,17 | 4 | 0,68 | S | |
l. Penelitian dan pengembangan produk | 0,16 | 3 | 0,51 | S | |
2,87 | S | ||||
3 | Pemasaran | ||||
i. Pengetahuan pasar | 0,12 | 2 | 0,24 | W |
j. Keunikan produk | 0,13 | 3 | 0,39 | S | |
k. Branding produk | 0,13 | 3 | 0,39 | S | |
l. Harga pokok | 0,12 | 2 | 0,24 | W | |
m. Pemasaran konvensional | 0,12 | 2 | 0,24 | W | |
n. Pemasaran online | 0,13 | 3 | 0,39 | S | |
o. Diskon penjualan | 0,13 | 2 | 0,26 | W | |
p. Promosi penjualan | 0,12 | 2 | 0,24 | W | |
2,39 | W | ||||
4 | Keuangan f. Perencanaan dan anggaran keuangan | 0,2 | 2 | 0,4 | W |
g. Pengelolaan keuangan | 0,2 | 2 | 0,4 | W | |
h. Sistem pencatatan keuangan | 0,2 | 2 | 0,4 | W | |
i. Perhitungan harga pokok penjualan | 0,2 | 2 | 0,4 | W | |
j. Laporan keuangan | 0,2 | 2 | 0,4 | W | |
2 | W | ||||
Kondisi Faktor Internal keseluruhan | 2,62 | S |
Tabel 5
External Factor Analysis Summary(EFAS)
No | Indikator variabel Internal | Bobot | Rating | Skor Bobot | Opportunity/ Threat | |
1 | Pasar/pelanggan d. Konsumen Lokal Bandung | 0,33 | 3 | 0,99 | O | |
e. Konsumen domestik | 0,34 | 4 | 1,36 | O | ||
f. Konsumen Manca negara | 0,33 | 1 | 0,33 | T | ||
2,68 | O | |||||
2 | Penyedia Bahan perak e. Ketersediaan bahan baku | 0,26 | 4 | 1,04 | O | |
f. Kualitas bahan baku | 0,26 | 4 | 1,04 | O | ||
g. Harga bahan baku | 0,24 | 3 | 0,72 | O | ||
h. Ketersediaan bahan overhead | 0,24 | 2 | 0,48 | T | ||
3,28 | O | |||||
3 | Pesaing f. Produk pesaing | 0,21 | 2 | 0,42 | T | |
g. Kualitas produk pesaing | 0,21 | 2 | 0,42 | T | ||
h. Produk substitusi | 0,19 | 2 | 0,38 | T | ||
i. Harga produk pesaing | 0,19 | 2 | 0,38 | T | ||
j. Teknologi pemasaran pesaing | 0,20 | 2 | 0,40 | T | ||
2 | T | |||||
4 | Kondisi ekonomi d. Daya beli masyarakat | 0,34 | 2 | 0,68 | T | |
e. Krisis ekonomi | 0,33 | 2 | 0,66 | T | ||
f. Tingkat inflasi | 0,33 | 2 | 0,66 | T | ||
2 | ||||||
5 | Perkembangan teknologi informasi d. Perkembangan teknologi informasi | dan | 0,34 | 3 | 1,02 | O |
komunikasi | ||||||
e. Perkembangan teknologi proses produksi | 0,33 | 2 | 0,66 | T | ||
f. Perkembangan teknologi pemasaran | 0,33 | 2 | 0,66 | T | ||
2,34 | T | |||||
Kondisi Faktor Eksternal keseluruhan | 2,46 | T |
Berdasarkan hasil matrik faktor internal dan faktor eksternal menunjukkan bahwa nilai rata- rata tertimbang IFAS kerajinan perak Daisy Logam sebesar 2,62 dan nilai rata-rata tertimbang EFAS sebesar 2,46. Kondisi ini menunjukkan bahwa kerajinan perak Xxxxx Xxxxx berada di Posisi A yang
berarti produk kerajinan perak Xxxxx Xxxxx mempunyai daya saing katagori sedang dan daya tarik katagori sedang. Adapun gambar matrik IE adalah sebagai berikut:
Gambar 3 Posisi Strategik Kerajinan Perak Daisy Logam
Pada posisi strategik yang dimiliki oleh kerajinan Xxxxx Xxxxx, pemilik kerajinan perak Daisy logam dapat menerapkan beberapa strategi yaitu
e. Strategi Penguatan usaha. Strategi ini adalah berupa pengembangan, pelatihan dan pembinaan serta pengelolaan manajemen usaha dari kerajinan perak Xxxxx Xxxxx, di mana pengrajin yang membuat kerajinan perak dapat menghasilkan perhiasan perak yang lebih baik mutunya dengan desain yang lebih unik dan variatif. Pembenahan manajemen usaha perlu dilakukan khususnya dalam manajemen keuangan serta pencatatan transaksi usaha yang belum dibuat secara teratur dan sistematis. Ini perlu dilakukan agar kerajinan perak Daisy Logam memiliki pencatatan yang teratur sehingga depat membuat laporan keuangan.
f. Strategi Diversifikasi produk. Kerajinan perak Daisy Logam dapat membuat diversifikasi produk yang beragam agar dapat menjangkau konsumen yang lebih luas dengan membuat kerajinan perak yang lain dengan modifikasi batuan yang terjangkau harganya.
g. Strategi penetrasi pasar. Kerajinan perak daisy Logam dapat melakukan penetrasi pasar dengan melakukan promosi penjualan atau memberikan diskon pada konsumen yang ingin dibuatkan perhiasan dari perak sehingga dapat mencari pasar baru yang lebih besar.
h. Strategi Pertumbuhan stabilitas. Kerajinan perak xxxxx Xxxxx harus dapat mempertahankan kondisi saat ini yang telah dicapai supaya tidak bertambah buruk dengan menjalin kerjasama yang lebih baik dengan pemasok batu-batuan serta mempertahankan konsumen yang sudah ada saat ini agar dapat melakukan pembelian kembali terhadap produk kerajinan perak yang dihasilkan.
Hasil dari kegiatan PKM ini adalah menghasilkan rumusan strategi bagi pengembangan kerajinan perak Daisy Logam dengan matriks SWOT yang dapat diimplementasikan dan dievaluasi serta diperbarui sesuai dengan dinamika perubahan faktor internal maupun eksternal pada usaha kerajinan perak.
4. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan PKM ini adalah bahwa kegiatan ini bermanfaat bagi kerajinan usaha perak Daisy Logam untuk mengenal faktor internal dan eksternal yang ada pada usaha kerajinan perak. Pengenalan faktor internal dan eksternal ini dapat memberikan arahan dan petunjuk dalam membuat strategi pengembangan usaha yang berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi oleh kerajinan perak Xxxxx Xxxxx. Dengan memperhatikan posisi strategis yang telah dicapai oleh kerajinan perak Xxxxx Xxxxx ini dapat dibuat strategi yang dapat diimplementasikan oleh pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx. Posisi strategis ini harus dapat dipertahankan dengan melakukan pembenahan baik dari sisi tenaga kerja yaitu pengrajin
kerajinan perak yang bekerja di kerajinan perak Daisy logam untuk dapat menghasilkan kerajinan perak yang lebih variatif dan memiliki ciri khas tertentu. Ciri khas tertentu kerajinan perak ini dapat mengingatkan konsumen terhadap label atau merek kerajinan perak daisy Logam sehingga dapat membeli kembali produk yang dihasilkan. Pembenahan manajemen keuangan juga harus cepat dilakukan sehingga tidak mengganggu likuiditas usaha dari kerajina perak Xxxxx Xxxxx. Keberlanjutan dari hasil PKM ini pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx dapat membuat strategi dan mengevaluasi kembali strategi yang digunakan untuk pengembangan usahanya sehingga dapat meningkatkan pendapatan usaha dari kerajinan perak yang dikeloanya.
Ucapan Terima kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Tarumanagara yang telah mendanai kegiatan ini. Juga kepada Rektor Universitas Tarumanagara, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara dan Mitra Kerajinan Perak Xxxxx Xxxxx yang telah mengijinkan Tim PKM Untar untuk melakukan kegiatan ini sampai terlaksananya kegiatan ini
REFERENSI
Xxxxx, Xxxx X. (2013). Strategic Management: A Competitive Advantage Approach, Concepts, 14th Edition, Xxxxxxx Education
Xxxxxxxxxx, X., Xxxx, X., & Xxxxxxxx-Xxxx, M. (2011). Swot Methodology: A State of the Art Review for the Past, a Framework for the Future. Journal of Business Economics and Management, vol 12 (1),24-48
Maemonah, S. (2015). Strategi Pengembangan Industri Kecil Gula Aren Di Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal. Economics Development Analysis Journal, 4(4), 414–426.
Xxx Xxxxxx, M. R. (2017). Analisis Swot Untuk Menentukan Strategi Kompetitif Pada Pd. Bpr. Bank Daerah Lamongan. Ekonika : Jurnal Ekonomi Universitas Kadiri vol 2, No 1,40-56
Xxxxx, X. X. (2014). Pengaruh Kualitas Layanan dan Kualitas Produk Terhadap Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Kosnumen Restoran Happy Garden. Jurnal Manajemen Xxxxxxxxx Xxx.0, Xx. 0, 0-0
Xxxxxxxx.(0000). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Zuhri, S. (2013). Analisis Pengembangan Usaha Kecil home Industri Sangkar Ayam Dalam Rangka
Pengentasan Kemiskinan. Manajemen Xxx Xxxxxxxxx.
xxxxx://xx.xxxxxxxxx.xxx › wiki › Perak
https:// xxx.xxxxxxxxx00.xxx/xxxxx-xxxxx-xxxxxxxxx-xxxxx-xxxxxxxxxxx-xxxx-xxxxxxxxx.xxx
LAMPIRAN V
Sertifikat Sebagai Pemakalah Xxxxxx Xxxxx 2021
Xxxxxxxxx Xxxxxxxx
STRATEGI PENGEMBANGAN KERAJINAN PERAK DI BANDUNG DENGAN MATRIKS SWOT
Rousilita Suhendah1, Xxxx Xxxxxxxx 2
1Program Studi Akuntansi, Universitas Tarumanagara Jakarta Surel:xxxxxxxxxx@xx.xxxxx.xx.xx
2 Program Studi Manajemen, Universitas Tarumanagara Jakarta Surel: xxxxx@xx.xxxxx.xx.xx
ABSTRAK
Kerajinan perak yang ada di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga banyak daerah-daerah di Indonesia yang dikenal sebagai kota kerajinan perak seperti Yogyakarta, dan kota Gadang di Sumatera Barat. Kerajinan perak yang ada di Indonesia pada umumnya berupa home industries yang masih berskala kecil . Salah satu usaha home industries kerajinan perak di Kota Bandung bernama Daisy logam memiliki keunikan tersendiri dalam membuat produk kerajinan perak. Kerajinan perak yang dibuat oleh Daisy logam adalah berupa perhiasan dari perak yang menggunakan batu-batuan seperti batu safir, xxxxx, xxxx dan giok. Dalam menjalankan usahanya ini pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx menghadapi masalah berupa penurunan penjualan yang cukup signifikan karena kondisi faktor internal dan eksternal yang ada di usaha kerajinan perak. Hal ini memotivasi tim PKM untuk melakukan kegiatan PKM berupa transfer ilmu pengetahuan mengenai perlunya strategi dalam mengembangkan usaha yang dibuat atas dasar kekuatan, kelemhaan, peluang dan tantangan yang ada dalam usaha kerajinan perak Xxxxx Xxxxx. Kegatan pelatihan ini dilakukan beberapa tahap secara online. Hasil dari kegiatan ini adalah menentukan posisi strategis dan rumusan strategi pengembangan usaha kerajinan perak yang terdiri dari pembenahan manajemen, diversifikasi produk, penguatan stabilitas dan pertumbuhan serta penetrasi pasar. Rumusan strategi ini dapat diimplementasikan dan dievaluasi serta ditinjau kembali jika terjadi dinamika yang cepat dalam perubahan fantor internal dan ekternal pada usaha kerajinan perak.
Kata Kunci: Strategi, diversifikasi, penetrasi pasar
ABSTRACT
Silver handicrafts in Indonesia have developed quite rapidly so that many areas in Indonesia are known as silver handicraft cities such as Yogyakarta and Gadang in West Sumatra. Generally, silver handicrafts in Indonesia are in the form of small-scale home industries. One of the silver handicraft home industries in Bandung named Daisy Logam has its uniqueness in making silver handicraft products. The silver craft made by Metal Daisy is in the form of silver jewelry using stones such as sapphire, xxxxx, xxxx , and jade. In running this business, the owner of Xxxxx Xxxxx'x silver handicraft faces a problem in the form of a significant decline in sales due to internal and external factors in the silver handicraft business. This motivated the Community Service Team to carry out Community Service Team activities in the form of transfer of knowledge about the need for a strategy in developing a business that was made based on the strengths, weaknesses, opportunities, and challenges that exist in the Daisy Logam silver handicraft business. This training activity is carried out in several stages online. The result of this activity is to decide the strategic position and formulation of a strategy for the silver handicraft business which consists of improving management, product diversification, strengthening stability and growth, and market penetration. This strategy can be implemented and evaluated and reviewed if there is a rapid dynamic of changes in internal and external offices in the silver handicraft business.
Keywords: Strategy, diversification, market penetration
1. PENDAHULUAN
Perak berasal dari bahasa Latin ‘Argentum’ (xxxxx://xx.xxxxxxxxx.xxx › wiki › Perak) yaitu sebuah logam yang memiliki karakteristik lunak, berwarna putih mengkilap, memiliki sifat konduktif
terhadap listrik dan panas, di dalamnya terdapat mineral dan memiliki bentuk bebas Perak memiliki sifat lembut (perak murni) sehingga perak harus dicampur dengan logam lainnya supaya dapat dibentuk menjadi perhiasan, sehingga dikenal istilah silver 925 ( istilah ini muncul di Inggris pada abad ke -13). Istilah silver 925 berarti bahwa dalam perak ini terdapat unsur perak sebesar 92,5% dan 7,5% berasal dari logam lainnya seperti misalnya tembaga
Pada zaman dahulu menurut legenda, perak adalah suatu logam yang digunakan untuk mencegah kekuatan gaib, seperti manusia srigala ataupun vampir. Saat Perang Dunia I perak digunakan untuk mencegah infeksi seperti antibiotik, yang berkembang terus sampai saat ini di mana perak digunakan dalam menambah gigi yang bolong. Ini karena perak adalah bahan yang aman, awet dan tahan lama.
Perak sebagai bahan baku kerajinan dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan cara pembuatannya. Klasifikasi kerajinan perak berdasarkan cara pembuatannya adalah perak buatan tangan/handmade, perak buatan mesin /machinery, perak cetakan /casting (https:// xxx.xxxxxxxxx00.xxx/xxxxx-xxxxx-xxxxxxxxx-xxxxx-xxxxxxxxxxx-xxxx-xxxxxxxxx.xxx). Perak buatan tangan (handmade) adalah kerajinan perak yang murni dibuat dengan tangan, tidak mengandalkan mesin. Semua proses pembuatan kerajinan dari awal proses sampai tahap akhir proses semua dikerjakan dengan tangan. Perak buatan mesin (Machinery) adalah kerajinan perak yang menggunakan mesin dan biasanya produk perak yang dihasilkan bersifat massal seperti kalung dan gelang rantai. Mesin pembuatan perhiasan dari perak sangat mahal harganya, sehingga tidak semua pengrajin dapat membeli mesin ini. Perak cetakan (Casting) adalah satu proses pembuatan perak dengan cara cetak sehingga dihasilkan produk perak dalam jumlah yang besar dengan waktu yang relatif terbatas. Penggunaan mesin cetak atau mesin casting sentrifugal ini memudahkan pengrajin untuk membuat kerajinan perak yang memiliki ukuran dan model yang sama persis.
Di Kota Bandung Jawa Barat ada sebuah home-industries yang menekuni usaha kerajinan perak berupa perhiasan yang memenuhi pesanan dari pelanggannya. Seorang ibu rumah tangga dengan setianya menekuni kerajinan ini sebagai pekerjaannya dengan mempekerjakan pengrajin kerajinan perak yang ada di daerah Bandung dan juga pengrajin di kota Bali. Ibu ini mempekerjakan para pengrajin perak sekitar berjumlah.tiga orang. Mereka akan membuat perhiasan yang berbahan baku perak dengan ditambah batu-batu alam seperti batu amethys, garnet, topaz, peridot, cetirine, dan juga batu giok yang berasal dari Aceh.
Pekerjaan pembuatan perhiasan yang berbahan baku perak ini dimulai pada saat konsumen menghubungi ibu ini untuk dibuatkan perhiasan yang berbahan baku perak. Design perhiasan yang ingin dibuatkan biasanya dari ide pembeli atau konsumen tetapi dapat juga bentuk design yang ingin dibuatkan oleh konsumen berasal dari ide ibu ini. Ibu ini bernama Desi Rusanita, yang terjun ke dunia perhiasan dari bahan perak ini tidak sengaja.
Pada awal tahun 2013 dimulailah perkenalannya untuk membuat perhiasan dari perak, di mana pada tahun tersebut ibu Xxxx bertemu dengan pengrajin perak yang bekerja di salah satu studio perak di Bandung. Pada awal perkenalannya ini, Ibu Xxxx hanya memfokuskan pada kegiatan pemasaran, dan mencari batu serta model perhiasan accesories yang dibutuhkan untuk produksi. Sementara itu kegiatan produksi tetap diserahkan ke pengrajin yang memiliki studio perak di rumahnya sendiri. Pada saat itu accesories yang berhasil dibuatnya hanya berupa bros dan cincin perak dengan model yang dirancing sendiri oleh Ibu desi. Accesories yang dibuatnya ini mendapatkan tanggapan yang positif dari konsumen. Hal inilah yang akhirnya membuat ibu rumah tangga ini menekuni usaha pembuatan accesories berbahan perak.
Momentum yang tepat pada pada tahun 2013 di mana pada saat itu sedang trend perbatuan (batu akik), Ibu Xxxx mulai mempelajari macam-macam batu dari pihak suplier tentang kualitas dan jenis batu-batu perhiasan. Perburuannya terhadap batu perhiasan dilakukan secara online dengan menghubungi penjual batu perhiasan dari seantero Indonesia seperti penjual batu perhiasan atau batu akik dari Kalimantan, Aceh, bali dan juga Jakarta. Pembuatan perhiasan dengan menggunakan batu-
batuan ini diproduksi dengan cara Pre-Order dan custom. Ibu Xxxx mulai mengupload batu-batuan yang belum diikat dan juga model perhiasan yang ingin dibuat oleh konsumen.
Perhiasan dengan menggunakan batu akik ini dibuat sesuai dengan design yang dirancang sendiri oleh konsumen, namun ada juga yang memesan perhiasan dengan model yang sudah dibuat oleh ibu Xxxx. Apabila perhiasan dari batu akik dan perak ini telah selesai dibuat, konsumen akan dikabari oleh pemilik kerajinan perak ini. Jika perhiasan perak dan batu akik yang telah dibuat oleh pengrajin peraknya tidak sesuai dengan keinginan konsumen, maka pemilik Daisy logam ini akan memperbaiki perhiasan tersebut tanpa dikenakan biaya tambahan. Ini menyebabkan pemilik Xxxxx Xxxxx harus membayar dua kali upah kepada pengrajin. Semua dilakukannya agar konsumen merasa puas akan produk perhiasan perak dan batu akik yang dibuatnya dan melakukan pemesanan kembali.
Perhiasan perak yang dibuat oleh pengrajin yang dimiliki oleh Daisy logam ini dibuat dengan teknik handmade, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pengerjaannya. Konsumen harus menanti dengan sabar untuk mendapatkan perhiasan perak yang telah dipesannya pada UMKM ini. Bagi konsumen yang baru pertama kali memesan perhiasan perak dengan batu ini sering tidak sabar. Ini membuat Xxxxx Xxxxx akan mengirimkan foto tahap penyelesaian proses produksi perhiasan tersebut. Ini dilakukannya agar konsumen yakin bahwa pesanan pembuatan perhiasan dari perak ini sedang dikerjakan oleh pengrajinnya.
Pada saat perhiasan perak ini telah selesai dibuat sesuai dengan design dan rancangan yang telah disepakati oleh konsumen, maka perhiasan dari perak ini akan dikirimkan lewat ekspedisi. Kadang ekspedisi sering lambat dalam mengirimkan pesanan accesories perhiasan dari perak ini ke pelanggan, sehingga konsumen komplain kepada pemilik Xxxxx Xxxxx. Untuk mengatasi masalah ini biasanya pemilik Xxxxx Xxxxx akan memberikan bukti resi pengiriman kepada konsumen dan meminta konsumen untuk sabar menunggu karena pesanan telah dirimkan lewat ekpedisi. Beberapa contoh perhiasan perak yang dibuat oleh xxxxx Xxxxx ada pada Gambar 1.
Gambar 1. Perhiasan Perak dengan Batu Akik
Perhiasan perak yang telah dibuat oleh Xxxxx logam kadang dalam perjalanan mengalami kerusakan (penyok) akibat kesalaham pengiriman dalam perjalanan. Ini berakibat konsumen
mengembalikan perhiasan tersebut untuk diperbaiki kembali. Setelah perhiasan tersebut diperbaiki maka akan dikirimkan kembali kepada konsumen. Hal ini membuat pemilik Xxxxx Xxxxx berusaha untuk meningkatkan kualitas dalam membuat kemasan tempat perhiasan perak.
Pada Tahun 2015, pemilik Xxxxx Xxxxx mulai menambah jumlah pengrajin yang berasal dari Bali. Pengrajin ini memiliki studio perak, sehingga memudahkan pemilik Xxxxx Xxxxx untuk membuat pesanan perhiasan perak dari konsumen. Pengrajin yang direkrutnya dari Bali ini memiliki keunggulan dibandingkan pengrajin perak dari daerah lain. Pengrajin perak dari Bali ini dapat mengerjakan proses pembuatan perhiasan dengan waktu yang lebih cepat dan dapat membuat model perhiasan yang rumit. Hampir dalam sebulan dapat dibuat pesanan perhiasan dari perak sebanyak 30 unit.
Memasuki tahun 2016 dimana mulai meredupnya usaha batu akik berimbas juga pada penjualan perhiasan perak yang menggunakan batu-batuan tersebut. Omset pembuatan perhiasan perak menurun drastis. Pada masa ini pemilik Xxxxx Xxxxx hanya membuat 2 sampai 5 unit perhiasan perak dalam sebulan. Penjualan perhiasan perak yang menggunakan batu akik yang turun drastis ini membuat pemilik Xxxxx Xxxxx mencoba memikirkan diversifikasi usaha pembuatan perhiasan yang lain.
Suplier yang dulu memasok batu-batu akik ke pemilik daisy logam mulai menawarkan batu giok natural Aceh yang dipercaya bagus untuk kesehatan. Pemiliki Daisy logam mulai membuat perhiasan dengan batu giok yang dilapisi dengan perak dan mencoba menawarkannya kepada konsumen. Banyak konsumen yang memesan kalung, gelang dan cincin dari batu giok ini, sehingga usaha pembuatan perhiasan dari perak pun dapat naik kembali.
Pada saat masa pandemi covid 19 ini terjadi di Indonesia pada bulan Maret 2020, penjualan pun perlahan-lahan turun kembali. Pemilik Xxxxx logam mulai membuat perhiasan dari perak sebagai stok barang agar pengrajin tetap mempunyai penghasilan di masa pandemi ini. Pengrajin yang dimiliki oleh Daisy logam yang berasal dari Bali ini tetap membuat pesanan perhiasan dari perak dan batu giok. Berikut ini adalah beberapa gambar proses pembuatan perhiasan dari batu Giok (Gambar 2).
Gambar 2 Proses Pembuatan Gelang dari Batu Giok
Untuk mengatasi kelesuan penjualan perhiasan dari perak ini, pemilik Daisy logam membuat perhiasan dari perak dan giok yang dijual dengan harga ekonomis, dengan mengurangi margin keuntungan. Pemilik Xxxxx Xxxxx tetap membuat stok perhiasan perak dengan harapan pembeli dapat membeli perhiasan perak dengan harga yang relatif terjangkau dengan design yang cantik, bagus dan manis.
Kerajinan perak berupa perhiasan yang menggunakan batu-batu perhiasan ini yang dibuat oleh Ibu Desi masih menggunakan teknik manajemen yang sederhana. Semua bagian yang ada dalam usaha membuat kerajinan perak berupa perhiasan ini ditangani oleh ibu Xxxx seorang diri, kecuali dalam produksi pembuatan kerajinan perak yang dibantu oleh pengrajin perak. Sejak pesanan pembuatan perhiasan perak yang diorder oleh konsumen, sampai pada design perhiasan semua dilakukannya seorang diri. Pengelolaan keuangan juga diatur olehnya dengan tidak memisahkan antara keuangan kas usaha kerajinan perak dengan keuangan keluarga. Ini membuat pemilik Xxxxx Xxxxx tidak dapat mengetahui berapa omset dari pembuatan perhiasan perak dan keuntungan yang diperolehnya selama waktu tertentu. Pencatatan keuangan juga masih dicatat seadanya, belum ada pencatatan yang dilakukan sistematis dan teratur yang mendokumentasikan semua transaksi keuangan untuk usaha kerajinan perak yang dimilikinya.
Harga jual kerajinan perak berupa perhiasan yang dibuat oleh Xxxxx Xxxxx ini ditetapkan atas dasar estimasi atau perkiraan harga jual produk perhiasan sejenis di pasar. Selama ini Xxxxx Xxxxx tidak membuat secara detail berapa perhitungan harga produksi perhiasan perak yang dibuatnya. Semua pengeluaran dalam hal produksi perhiasan perak miliknya hanya dicatat secara sederhana. Hal ini yang membuat Xxxxx Xxxxx tidak dapat menghitung jumlah keuntungan atau kerugian dari usaha kerajinan perak berupa perhiasan miliknya.
Dari hasil observasi dan wawancara dengan pemilik Xxxxx logam kepada Xxx XXX Untar, maka tim PKM Untar memahami inti masalah yang dihadapi oleh Xxxxx Xxxxx sebagai pemilik usaha produksi perhiasan perak homemade, yaitu pemilik belum mengenal kelebihan, kekurangan, dan tantangan serta peluang yang dimiliki oleh usaha homemade yang dikelolanya. Tim PKM Untar ingin memberikan pelatihan agar pemilik Xxxxx Xxxxx dapat mengenal kelebihan dan kelemahan yang ada di usaha kerajinan perak miliknya serta membuat strategi untuk pengembangan usaha kerajinan perak. Melalui kegiatan pelatihan ini diharapkan pemilik Xxxxx Xxxxx mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada di usaha kerajinan perak dan dapat menyusun strategi yang sesuai yang digunakan untuk mengembangkan kerajinan perak dengan matriks SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunity, Threats). Pemilik Xxxxx Xxxxx dapat menganalisis matriks SWOT ini sebelum mengambil keputusan usaha dalam menjalankan usaha kerajinan perak agar keputusan bisnis yang diambil tepat dan tidak salah (Ghazinoory et al., 2011).
Rangkuti (2014) menjeleaskan bahwa strategi adalah suatu alat untuk mencapai setiap tujuan dari kegiatan usaha, sedangkan Xxxxx (2013) menyatakan bahwa manajemen strategi adalah suatu cara/teknik/seni dan ilmu pengetahuan dalam menjabarkan, merumuskan, serta implementasi
dan proses evaluasi setiap keputusan yang terjadi secara lintas fungsional sehingga sebuah usaha / bisnis atau organisasi dapat meraih tujuan.
Pemilik Xxxxx Xxxxx harus dapat mengetahui dan menentukan kekuatan (strengths) usaha kerajinan peraknya yang dapat berfungsi sebagai kunci dalam mengelola kerajinan perak. Kekuatan (strengths) adalah suatu kompetensi yang bersifat khusus yang ada dalam usaha kerajinan perak yang dimilikinya yang menjadi keunggulan komparatif di pasaran (Xxx Xxxxxx, 2017). Pemahaman tentang kelemahan usaha (weaknesses) yang dimiliki dalam usaha kerajinan perak yang dikelolanya ini adalah pemahaman mengenai keterbatasan dan kekurangan dalam hal sumber, ketrampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang untuk memperoleh kinerja yang memuaskan (Maemonah, 2015). Kelemahan yang ada dalanm usaha kerajinan peraknya ini harus dikurangi, diperbaiki dan tidak terekspose keluar sehingga dapat dibaca oleh pesaing keajinan perak lainnya.
Peluang dan ancaman juga harus diketahui dan dipahami oleh pemilik Xxxxx Xxxxx dalam usaha untuk mendapatkan konsumen dan mempertahankan konsumen yang sudah ada. Peluang adalah berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi satu satuan bisnis (Zuhri, 2013). Peluang yang ada dalam usaha kerajinan perak yang dimiliki oleh Xxxxx Xxxxx ini harus dimanfaatkan oleh pemilik Xxxxx Xxxxx untuk mengembangkan kerajinan perak agar dapat menambah jumlah konsumen. Ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang merugikan atau tidak menguntungkan yang ada dalam suatu satuan bisnis (Maemonah, 2015). Ancaman harus dapat diatasi karena dapat menghambat jalannya usaha kerajinan perak yang dimiliki oleh Xxxxx Xxxxx. Ancaman terjadi karena pesaing dapat memberikan hal yang lebih baik daripada usaha kerajinan perak Xxxxx Xxxxx. Usaha kerajinan perak Xxxxx Xxxxx harus mempertahankan dan meningkatkan kualitas atau mutu kerajinan perak berupa perhiasan perak, menjaga pelayanan kepada konsumen supaya konsumen tetap loyal dan setia terhadap produk yang dihasilkan (Putro, 2014)
Dari hasil wawancara yang dlakukan oleh Xxx XXX Untar dengan mitra kerajinan perak Daisy Logam yang ada di Bandung, maka ada beberapa masalah yang dihadapi oleh kerajinan perak Daisy Logam yaitu :
1. Pemilik usaha kerajinan perak Daisy Logam belum memahami mengenai kekuatan dan kelemahan dari usaha yang dikelolanya sehingga sering kali pemilik merasa kesulitan untuk mengetahui kinerja dari usaha kerajinan perak yang dimilikinya dan bersaing dengan pemilik kerajinan perak lainnya.
2. Pemilik belum dapat melihat kesempatan atau peluang yang ada dalam usaha kerajinan peraknya, sehingga kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan peraknya terlewatkan
3. Pemilik Xxxxx Xxxxx belum memahami pentingnya pencatatan keuangan yang terpisah antara catatan keuangan usaha dan catatan keuangan pribadi keluarga. Ini menyebabkan pemilik sukar untuk mendapatkan modal dari bank untuk mengembangkan usaha kerajinan peraknya.
4. Pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx belum mengetahui adanya pengrajin perak lainnya yang membuat kerajinan perak berupa perhiasan yang juga memiliki studio perak dan pemasaran yang modern dengan menawarkan produknya di media sosial.
2. METODE PELAKSANAAN PKM
Pelaksanaan kegiatan PKM ini dilakukan secara daring melalui media video whatsapp, zoom yang dilakukan secara sistematis dan terjadwal yang dibagi dalam beberapa kali pertemuan. Pertemuan tersebut dapat dibagi menjadi pertemuan pertama yang mengumpulkan semua informasi dari sisi internal kerajinan perak Daisy logam yaitu kelemahan dan kekuatan yang ada pada usahanya. Informasi ini diperoleh oleh Xxx XXX Untar dengan cara melakukan interview
atau wawancara dengan pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx. Observasi juga dilakukan oleh Xxx XXX Untar pada kerajinan perak khususunya perhiasan perak untuk mendapatkan gambaran akan kesempatan dan tantangan yang dihadapi oleh usaha kerajinan perak ini
Metode Pelaksanaan PKM ini dilakukan dengan cara memberikan pelatihan dan pendampingan kepada pemilik Xxxxx Xxxxx mengenai strategi usaha untuk pengembangan kerajinan perak yang dikelola oleh Xxxxx Xxxxx dengan xxxxxxx XXXX. Pemilik Xxxxx Xxxxx akan diajarkan tentang Matriks SWOT yaitu tentang Strength, Weakness, Opportunity dan Threat. Dari matriks SWOT ini diperoleh informasi mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang akan disusun menjadi suatu pola atau peta yang akan menunjukkan posisi usaha kerajinan Xxxxx Xxxxx. Penentuan posisi usaha kerajinan Logam ini akan diukur dan digambarkan atas hasil survey yang diberikan oleh Xxx XXX kepada pemilik kerajinan Xxxxx Xxxxx.
Pertemuan kedua adalah mulai membuat strategi pengembangan usaha yang sesuai dengan konsep SWOT. Dari hasil penyusunan strategi ini diharapkan pemilik kerajinan perak Xxxxx dapat mengimplementasikan strategi yang telah dibuat untk mengelola kegiatan pembuatan perhiasan perak dan memperbaharui strategi jika lingkungan internal dan eksternalnya berubah.
Langkah-langkah tahapan pelaksanaan PKM terhadap permasalahan yang dihadapi oleh mitra yaitu kerajinann perak Xxxxx Xxxxx dapat dijelaskan pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 Tahapan-Tahapan Peaksanaan Kegiatan PKM
No | Justifikasi Pengusul | Metode Pendekatan | Prosedur Kerja | Partisipasi Mitra | Jenis Luaran | |
1 | Memberi pemahaman | Melakukan tanya | Mengumpulkan | Memberikan | Memo | |
dan pengetahuan kepada | jawab dengan | semua informasi | informasi yang | dan | ||
pemilik Xxxxx Logam | pemilik Xxxxx | tentang kekuatan dan | berkaitan dengan | catatan | ||
untuk dapat memahami | Logam | kelemahan kerajinan | kekuatan dan | |||
kelemahan dan kekuatan | perak Daisy Logam. | kelemahan | ||||
yang dimiliki usahanya | kerajinan perak | |||||
Daisy logam. | ||||||
2 | Memberi pengetahuan | Memberi transfer | Memberi pemahaman | Membuat catatan | Memo | |
kepada pemilik kerajinan | pengetahuan | kepada Xxxxx Xxxxx | kesempatan dan | dan | ||
perak Xxxxx Logam | kepada pemilik | untuk mampu melihat | tantangan yang | catatan |
tentang peluang dan tantangan yang dihadapi
3 Membuat strategi sederhana pengembanagan usaha kerajinan perak atas dasar konsep SWOT
4 Melakukan pendampingan kepada pemilik Daisy logam agar dapat membuat strategi usaha pengembangan usaha dengan matriks SWOT
Xxxxx Xxxxx tentang peluang dan hambatan yang ada pada kerajinan perhiasan perak. Memberi pemahaman kepada pemilik
Xxxxx Logam perlunya strategi pengembangan usaha
Memberi transfer pengetahuan dan mengarahkan pemilik Xxxxx
Logam untuk
membuat dan memperbaiki strategi usaha
kesempatan, tantangan yang ada dalam usaha kerajinan perhiasan perak.
Memberi transfer pengetahuan kepada pemilik Xxxxx Xxxxx untuk dapat membuat strategi sederhana pengembangan usaha
Membuat strategi pengembangan usaha kerajinan perak
dengan matriks SWOT, implementasi strategi pada usaha kerajinan perak Xxxxx Xxxxx.
dihadapi oleh kerajinan perak Daisy logam.
Memahami konsep SWOT
dan mencoba memetakan posisi usaha nya dan kerajinan perak.
Mencoba membuat strategi, strategi kerajinan dengan matriks SWOT
Memo dan catatan
Modul dan memo
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk menentukan strategi pengembangan industri kerajinan perak Daisy Logam di Bandung dengan matriks SWOT terlebih dahulu akan dilakukan identifikasi faktor-faktor internal dan ekternal yang ada di usaha kerajinan perak Daisy Logam seperti yang ada di Tabel 2 berikut ini
Tabel 2
Faktor-Faktor Strategi Penentu Kinerja Kerajinan Perak Xxxxx Xxxxx
No | Faktor Internal | No | Faktor Eksternal |
1 | Sumber daya manusia | 1 | Pasar/pelanggan |
a. Kreatifitas pengrajin perak | a. Konsumen Lokal Bandung | ||
b. Ketrampilan pengrajin perak | b. Konsumen domestik | ||
c. Pendidikan Pengrajin perak | c. Konsumen Manca negara | ||
d. Ketersediaan pengrajin perak yang kompeten | 2 | Penyedia Bahan perak | |
e. Kompensasi pengrajin | a. Ketersediaan bahan baku | ||
2 | Produksi | b. Kualitas bahan baku | |
a. Peralatan produksi | c. Harga bahan baku | ||
b. Inovasi proses produksi | d. Ketersediaan bahan overhead | ||
c. Biaya produksi | 3 | Pesaing | |
d. Kualitas produk | a. Produk pesaing | ||
e. Disain produk | b. Kualitas produk pesaing | ||
f. Penelitian dan pengembangan produk | c. Produk substitusi | ||
3 | Pemasaran | d. Harga produk pesaing | |
a. Pengetahuan pasar | e. Teknologi pemasaran pesaing | ||
b. Keunikan produk | 4 | Kondisi ekonomi | |
c. Branding produk | a. Daya beli masyarakat | ||
d. Harga pokok | b. Krisis ekonomi | ||
e. Pemasaran konvensional | c. Tingkat inflasi | ||
f. Pemasaran online | 5 | Perkembangan teknologi informasi | |
g. Diskon penjualan | a. Perkembangan teknologi informasi | ||
dan komunikasi | |||
h. Promosi penjualan | b. Perkembangan teknologi proses | ||
produksi |
4 Keuangan c. Perkembangan teknologi
a. Perencanaan dan anggaran keuangan
b. Pengelolaan keuangan
c. Sistem pencatatan keuangan
d. Perhitungan harga pokok penjualan
e. Laporan keuangan
pemasaran
Setelah dilakukan identifikasi maka selanjutnya adalah memberikan pembobotan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan kinerja kerajinan perak Xxxxx Xxxxx. Total nilai pembobotan untuk komponen strategis internal dan ekternal adalah masing-masing 1,00. Penilaian dilakukan dengan skala likert dengan menggunakan 4 skala yaitu 4=sangat baik, 3= baik, 2=cukup, 1=kurang. Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai / interval yang untuk menentukan posisi lingkungan internal kekuatan dan kelemahan serta eksternal peluang dan ancaman. Rumus untuk menentukan interval adalah perbandingan antara rentang nilai dengan kelas sehingga diperoleh nilai interval sebesar ¾ atau 0,75. Nilai cut point dihitung dengan rumus total nilai dibagi dengan kelas, sehingga diperoleh kondisi cut point adalah 10/4 atau 2,5. Dari hasil cut point sebesar 2,5 ini dapat disimpulkan bahwa jika di atas 2, 5 merupakan kekuatan dan peluang,sedangkan nilai 2,5 ke bawah berarti kelemahan dan ancaman . Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka kriteria yang digunkan untuk menganalisis kondisi kerajinan perak Xxxxx Xxxxx adalah pada Tabel 3 sebagai berikut
Tabel 3 Kriteria Hasil Analisis
Nilai | Rentang Nilai | Kriteria | Internal | Eksternal |
4 | 3.26-4,00 | Sangat Baik | Kekuatan | Peluang |
3 | 2,51-3,25 | Baik | Kekuatan | Peluang |
2 | 1,76-2,50 | Cukup | Kelemahan | Ancaman |
1 | 1,00-1,75 | Kurang | Kelemahan | Ancaman |
Berikut ini adalah hasil rangkuman pengolahan jawaban dari hasil jawaban pemilik kerajinan Daisy Logam terhadap faktor strategis internal (Tabel 4) dan faktor eksternal (Tabel 5)
Tabel 4
Internal Factor Analysis Summary(IFAS)
No | Indikator variabel Internal | Bobot | Rating | Skor Bobot | Strength/ Weakness |
1 | Sumber daya manusia | ||||
a. Kreatifitas pengrajin perak | 0,20 | 4 | 0,8 | S | |
b. Ketrampilan pengrajin perak | 0,20 | 4 | 0,8 | S | |
c. Pendidikan Pengrajin perak | 0,20 | 2 | 0,4 | W | |
d. Ketersediaan pengrajin perak yang kompeten | 0,20 | 3 | 0,6 | S | |
e. Kompensasi pengrajin | 0,2 | 3 | 0,6 | S | |
3,2 | S | ||||
2 | Produksi | ||||
a. Peralatan produksi | 0,17 | 2 | 0,34 | W | |
b. Inovasi proses produksi | 0,17 | 3 | 0,51 | S | |
c. Biaya produksi | 0,16 | 2 | 0,32 | W | |
d. Kualitas produk | 0,17 | 3 | 0,51 | S | |
e. Disain produk | 0,17 | 4 | 0,68 | S | |
f. Penelitian dan pengembangan produk | 0,16 | 3 | 0,51 | S | |
2,87 | S | ||||
3 | Pemasaran | ||||
a. Pengetahuan pasar | 0,12 | 2 | 0,24 | W | |
b. Keunikan produk | 0,13 | 3 | 0,39 | S | |
c. Branding produk | 0,13 | 3 | 0,39 | S | |
d. Harga pokok | 0,12 | 2 | 0,24 | W | |
e. Pemasaran konvensional | 0,12 | 2 | 0,24 | W | |
f. Pemasaran online | 0,13 | 3 | 0,39 | S | |
g. Diskon penjualan | 0,13 | 2 | 0,26 | W | |
h. Promosi penjualan | 0,12 | 2 | 0,24 | W | |
2,39 | W | ||||
4 | Keuangan | ||||
a. Perencanaan dan anggaran keuangan | 0,2 | 2 | 0,4 | W | |
b. Pengelolaan keuangan | 0,2 | 2 | 0,4 | W | |
c. Sistem pencatatan keuangan | 0,2 | 2 | 0,4 | W | |
d. Perhitungan harga pokok penjualan | 0,2 | 2 | 0,4 | W | |
e. Laporan keuangan | 0,2 | 2 | 0,4 | W | |
2 | W | ||||
Kondisi Faktor Internal keseluruhan | 2,62 | S |
Tabel 5
External Factor Analysis Summary(EFAS)
No | Indikator variabel Internal | Bobot | Rating | Skor Bobot | Opportunity/ Threat |
1 | Pasar/pelanggan a. Konsumen Lokal Bandung | 0,33 | 3 | 0,99 | O |
b. Konsumen domestik | 0,34 | 4 | 1,36 | O |
c. Konsumen Manca negara | 0,33 | 1 | 0,33 | T | ||
2,68 | O | |||||
2 Penyedia Bahan perak a. Ketersediaan bahan baku | 0,26 | 4 | 1,04 | O | ||
b. Kualitas bahan baku | 0,26 | 4 | 1,04 | O | ||
c. Harga bahan baku | 0,24 | 3 | 0,72 | O | ||
d. Ketersediaan bahan overhead | 0,24 | 2 | 0,48 | T | ||
3,28 | O | |||||
3 Pesaing a. Produk pesaing | 0,21 | 2 | 0,42 | T | ||
b. Kualitas produk pesaing | 0,21 | 2 | 0,42 | T | ||
c. Produk substitusi | 0,19 | 2 | 0,38 | T | ||
d. Harga produk pesaing | 0,19 | 2 | 0,38 | T | ||
e. Teknologi pemasaran pesaing | 0,20 | 2 | 0,40 | T | ||
2 | T | |||||
4 Kondisi ekonomi a. Daya beli masyarakat | 0,34 | 2 | 0,68 | T | ||
b. Krisis ekonomi | 0,33 | 2 | 0,66 | T | ||
c. Tingkat inflasi | 0,33 | 2 | 0,66 | T | ||
2 | ||||||
5 Perkembangan teknologi informasi a. Perkembangan teknologi | informasi | dan | 0,34 | 3 | 1,02 | O |
komunikasi | ||||||
b. Perkembangan teknologi proses produksi | 0,33 | 2 | 0,66 | T | ||
c. Perkembangan teknologi pemasaran | 0,33 | 2 | 0,66 | T | ||
2,34 | T | |||||
Kondisi Faktor Eksternal keseluruhan | 2,46 | T |
Berdasarkan hasil matrik faktor internal dan faktor eksternal menunjukkan bahwa nilai rata-rata tertimbang IFAS kerajinan perak Daisy Logam sebesar 2,62 dan nilai rata-rata tertimbang EFAS sebesar 2,46. Kondisi ini menunjukkan bahwa kerajinan perak Xxxxx Xxxxx berada di Posisi A yang berarti produk kerajinan perak Xxxxx Xxxxx mempunyai daya saing katagori sedang dan daya tarik katagori sedang. Adapun gambar matrik IE adalah sebagai berikut:
Gambar 3 Posisi Strategik Kerajinan Perak Daisy Logam
Pada posisi strategik yang dimiliki oleh kerajinan Xxxxx Xxxxx, pemilik kerajinan perak Daisy logam dapat menerapkan beberapa strategi yaitu
a. Strategi Penguatan usaha. Strategi ini adalah berupa pengembangan, pelatihan dan pembinaan serta pengelolaan manajemen usaha dari kerajinan perak Xxxxx Xxxxx, di mana pengrajin yang membuat kerajinan perak dapat menghasilkan perhiasan perak yang lebih baik mutunya dengan desain yang lebih unik dan variatif. Pembenahan manajemen usaha perlu dilakukan khususnya dalam manajemen keuangan serta pencatatan transaksi usaha yang belum dibuat secara teratur dan sistematis. Ini perlu dilakukan agar kerajinan perak Daisy Logam memiliki pencatatan yang teratur sehingga depat membuat laporan keuangan.
b. Strategi Diversifikasi produk. Kerajinan perak Daisy Logam dapat membuat diversifikasi produk yang beragam agar dapat menjangkau konsumen yang lebih luas dengan membuat kerajinan perak yang lain dengan modifikasi batuan yang terjangkau harganya.
c. Strategi penetrasi pasar. Kerajinan perak daisy Logam dapat melakukan penetrasi pasar dengan melakukan promosi penjualan atau memberikan diskon pada konsumen yang ingin dibuatkan perhiasan dari perak sehingga dapat mencari pasar baru yang lebih besar.
d. Strategi Pertumbuhan stabilitas. Kerajinan perak xxxxx Xxxxx harus dapat mempertahankan kondisi saat ini yang telah dicapai supaya tidak bertambah buruk dengan menjalin kerjasama yang lebih baik dengan pemasok batu-batuan serta mempertahankan konsumen yang sudah ada saat ini agar dapat melakukan pembelian kembali terhadap produk kerajinan perak yang dihasilkan.
Hasil dari kegiatan PKM ini adalah menghasilkan rumusan strategi bagi pengembangan kerajinan perak Daisy Logam dengan matriks SWOT yang dapat diimplementasikan dan dievaluasi serta diperbarui sesuai dengan dinamika perubahan faktor internal maupun eksternal pada usaha kerajinan perak.
4. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan PKM ini adalah bahwa kegiatan ini bermanfaat bagi kerajinan usaha perak Daisy Logam untuk mengenal faktor internal dan eksternal yang ada pada usaha kerajinan perak. Pengenalan faktor internal dan eksternal ini dapat memberikan arahan dan petunjuk dalam membuat strategi pengembangan usaha yang berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi oleh kerajinan perak Xxxxx Xxxxx. Dengan memperhatikan posisi strategis yang telah dicapai oleh kerajinan perak Xxxxx
Logam ini dapat dibuat strategi yang dapat diimplementasikan oleh pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx. Posisi strategis ini harus dapat dipertahankan dengan melakukan pembenahan baik dari sisi tenaga kerja yaitu pengrajin kerajinan perak yang bekerja di kerajinan perak Daisy logam untuk dapat menghasilkan kerajinan perak yang lebih variatif dan memiliki ciri khas tertentu. Ciri khas tertentu kerajinan perak ini dapat mengingatkan konsumen terhadap label atau merek kerajinan perak daisy Logam sehingga dapat membeli kembali produk yang dihasilkan. Pembenahan manajemen keuangan juga harus cepat dilakukan sehingga tidak mengganggu likuiditas usaha dari kerajina perak Xxxxx Xxxxx. Keberlanjutan dari hasil PKM ini pemilik kerajinan perak Xxxxx Xxxxx dapat membuat strategi dan mengevaluasi kembali strategi yang digunakan untuk pengembangan usahanya sehingga dapat meningkatkan pendapatan usaha dari kerajinan perak yang dikeloanya.
Ucapan Terima kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Tarumanagara yang telah mendanai kegiatan ini. Juga kepada Rektor Universitas Tarumanagara, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara dan Mitra Kerajinan Perak Xxxxx Xxxxx yang telah mengijinkan Tim PKM Untar untuk melakukan kegiatan ini sampai terlaksananya kegiatan ini
REFERENSI
Xxxxx, Xxxx X. (2013). Strategic Management: A Competitive Advantage Approach, Concepts, 14th Edition, Xxxxxxx Education
Xxxxxxxxxx, X., Xxxx, X., & Xxxxxxxx-Xxxx, M. (2011). Swot Methodology: A State of the Art Review for the Past, a Framework for the Future. Journal of Business Economics and Management, vol 12 (1),24-48
Maemonah, S. (2015). Strategi Pengembangan Industri Kecil Gula Aren Di Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal. Economics Development Analysis Journal, 4(4), 414–426.
Xxx Xxxxxx, M. R. (2017). Analisis Swot Untuk Menentukan Strategi Kompetitif Pada Pd. Bpr. Bank Daerah Lamongan. Ekonika : Jurnal Ekonomi Universitas Kadiri vol 2, No 1,40- 56
Xxxxx, X. X. (2014). Pengaruh Kualitas Layanan dan Kualitas Produk Terhadap Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Kosnumen Restoran Happy Garden. Jurnal Manajemen Xxxxxxxxx Xxx.0, Xx. 0, 0-0
Xxxxxxxx.(0000). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Zuhri, S. (2013). Analisis Pengembangan Usaha Kecil home Industri Sangkar Ayam Dalam Rangka Pengentasan Kemiskinan. Manajemen Xxx Xxxxxxxxx.
xxxxx://xx.xxxxxxxxx.xxx › wiki › Perak
https:// xxx.xxxxxxxxx00.xxx/xxxxx-xxxxx-xxxxxxxxx-xxxxx-xxxxxxxxxxx-xxxx-xxxxxxxxx.xxx